Kesenian Hadro, Alunan Selawat Bertabuh Rebana dari Kecamatan Bungbulang

Kesenian Hadro, Alunan Selawat Bertabuh Rebana dari Kecamatan Bungbulang

Lahir dari budaya Persia dan Arab, Kesenian Hadro merupakan kesenian parahyangan berdarah campuran yang menjadi media dakwah dalam penyebaran Agama Islam di Garut.

Kesenian ini dikenalkan pada tahun 1971, oleh dua orang ulama bernama Kiai Haji Sura dan Kiai Haji Achmad Sayuti. Pada saat itu, masyarakat Desa Bojong, Kecamatan Bungbulang hanya mengenal kesenian ini sebatas lingkungan pesantren saja. Karena bagi para santri, hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan setelah mereka mendapatkan ilmu tentang

Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, Kesenian Hadro bertujuan untuk lebih mensyukuri nikmat yang diberikan oleh sang maha pencipta. Karenanya, selawat yang dipakai dalam kesenian ini bersumber dari kitab Al-Barjanji yang isinya menerangkan tentang Allah SWT dengan segala ciptaan-Nya.

Dalam prosesnya, kesenian ini menampilkan pemain dengan pakaian putih, bercelana hitam, dan mengenakan selendang merah yang dibebatkan di dada. Selawat kemudian dilantunkan sambil melakukan gerakan jurus-jurus silat yang merupakan simbol perlawanan terhadap penjajah.

Kesenian tradisional ini biasanya ditampilkan dalam setiap acara, baik pada upacara hari besar nasional maupun acara-acara penting di tingkat desa, kecamatan, kabupaten bahkan tingkat provinsi.

Di samping itu, kesenian Hadro juga kerap ditampilkan dalam acara perkawinan, khitanan, pesta adat menyambut datang panen, maupun dalam acara keagamaan seperti peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW atau Muludan, Rajaban dan dalam acara keagamaan lainnya.

Namun pada kenyataannya, kesenian Hadro sudah jarang dijumpai di acara-acara penting di tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten. Bahkan terancam punah dihantam zaman.

 

 

 

 


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.