ADVERTISEMENT
Beranda Ciplaz yang Sekarang Dulunya Pabrik Tenun Garut yang Pernah Berjaya Loh!

Ciplaz yang Sekarang Dulunya Pabrik Tenun Garut yang Pernah Berjaya Loh!

13 jam yang lalu - waktu baca 4 menit
Ciplaz yang Sekarang Dulunya Pabrik Tenun Garut yang Pernah Berjaya Loh!

Bagi masyarakat Garut, nama Ciplaz atau Garut City Plaza mungkin sudah tak asing lagi sebagai pusat perbelanjaan yang ramai. Namun, siapa sangka di balik gedung modern yang kini berdiri itu, tersimpan jejak sejarah industri tekstil yang pernah menjadi kebanggaan Garut, yakni Pabrik Tenun Garut (PTG) yang berdiri sejak era Hindia Belanda.

Awal Mula Berdirinya Pabrik Tenun Garut

Pabrik-Tenun-Garut-014-Weefplaats-Van-De-Preanger-Bontweverij-te-Garoet-KITLV.jpgPerbesar +

(Weefplaats van de Preanger Bontweverij te Garoet/ source KITLV Tropenmuseum)

Pabrik Tenun Garut atau PTG dibangun pada awal abad ke-20, tepatnya pada masa kolonial Belanda, sebagai bagian dari pengembangan industri tekstil di wilayah Priangan. Garut dipilih karena memiliki akses air yang melimpah, tenaga kerja lokal yang terampil, dan letaknya yang strategis dekat dengan Bandung, pusat kolonial di Jawa Barat. Semua ini menjadikan Garut sebagai lokasi ideal untuk produksi kain tenun berskala besar.

PTG awalnya bernama NV PBW (Preanger Bond Weverij) dan resmi berdiri pada 8 Juni 1933 di bawah kepemimpinan seorang berkebangsaan Belanda bernama G. Dalenoord. Pabrik ini berdiri di atas lahan seluas 10,5 hektare dengan bangunan utama seluas sekitar 3,5 hektare, membentang di kawasan Jl. Guntur Garut. Uniknya, sebagian area pabrik bahkan melintasi Sungai Cimanuk, yang dihubungkan dengan jembatan dalam area pabrik.

Baca Juga: Jadi Destinasi Wisata Menarik, Inilah Sejarah Garut Sang Kota Intan!

Masa Kejayaan dan Transformasi Kepemilikan

Dalam perjalanannya, pabrik ini mengalami berbagai perubahan kepemilikan. Saat pendudukan Jepang, NV PBW diambil alih dan berganti nama menjadi Garoet Syokoho Kozyo (GSK) di bawah pimpinan K. Abe J. Matsumoto. Namun, pada tahun 1941, pabrik kembali dikuasai oleh Belanda sebelum akhirnya menjadi milik pemerintah Indonesia pasca-kemerdekaan.

Pada 14 September 1964, pabrik ini resmi menjadi PTG “Ampera I” Garut, sebuah perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Di masa ini, PTG berada di puncak kejayaan dan bahkan dijuluki sebagai “Raksasa Tekstil Asia Tenggara” pada tahun 1962, karena kapasitas produksinya yang sangat besar dan teknologinya yang tergolong modern.

Salah satu produk terkenalnya adalah sarung bermerek “Tjap Padi”, yang begitu populer di pasaran lokal maupun nasional. Setiap hari kerja, suara sirene dari cerobong asap pabrik bisa terdengar hingga radius 10 kilometer, tanda dimulainya aktivitas produksi yang menyerap ribuan tenaga kerja lokal.

Simbol Kemajuan Ekonomi Lokal

tenun.jpgPerbesar +

(Weefzaal van de Preanger Bontweverij te Garoet/ source KITLV Tropenmuseum)

PTG bukan hanya simbol industri, tetapi juga tumpuan ekonomi masyarakat Garut. Ratusan warga bekerja sebagai penenun, teknisi, hingga staf administrasi. Kawasan sekitarnya pun berkembang menjadi pemukiman pekerja dan pusat kegiatan ekonomi kecil.

Dengan menggunakan mesin tenun semi-modern dari Eropa, PTG menjadi salah satu pabrik paling maju di wilayah Priangan. Fasilitas sosial seperti klinik, rumah dinas, hingga sistem distribusi air dan listrik internal menunjukkan betapa terorganisirnya manajemen pabrik ini.

Tak hanya itu, struktur bangunan PTG juga menyimpan keunikan. Di bawah kompleks pabrik, terdapat bunker luas lengkap dengan listrik dan ventilasi. Bunker ini terhubung ke bekas rumah Direktur Pabrik dan Stasiun Kereta Api Garut melalui lorong bawah tanah sepanjang lebih dari 500 meter. Diduga kuat bunker ini digunakan sebagai tempat perlindungan pada masa Perang Dunia I dan II. Penelitian dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut juga menemukan sisa-sisa perabot rumah tangga dan kain di area ini.

Dari Simbol Kejayaan ke Pusat Perbelanjaan

Ciplaz.jpgPerbesar +

(potret Ciplaz/ DOK. Infogarut)

Sayangnya, seiring berjalannya waktu, kejayaan PTG mulai meredup. Memasuki era 1980-an, tekanan dari industri tekstil luar negeri serta perubahan arah kebijakan industri nasional membuat PTG kesulitan bertahan. Pabrik akhirnya berhenti beroperasi.

Pada masa kepemimpinan Bupati Garut Aceng Fikri, sempat diajukan upaya pelestarian kawasan PTG, terutama bunker bawah tanahnya, sebagai situs sejarah dan potensi wisata industri. Namun sayangnya, pengajuan itu tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah provinsi.

Akhirnya, bangunan PTG diratakan pada tahun 2010, dan di atas lahan bersejarah ini berdirilah Ciplaz Garut yang diresmikan tanggal 8 Maret 2024, pusat perbelanjaan modern yang kini menjadi salah satu tujuan utama warga untuk berbelanja dan hiburan. Meskipun wajah kawasan ini sudah berubah, sejarah panjang Pabrik Tenun Garut masih hidup dalam ingatan banyak warga.

Menjaga Ingatan Kolektif Kota Garut

Kini, tak banyak yang tahu bahwa di balik gemerlap Ciplaz, pernah berdiri sebuah “raksasa tekstil” yang membanggakan. PTG adalah bukti bahwa Garut pernah menjadi poros penting industri tekstil nasional dan Asia Tenggara. Meski bangunannya sudah tiada, jejak sejarah dan kontribusinya terhadap masyarakat Garut patut dikenang dan diceritakan dari generasi ke generasi.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.