ADVERTISEMENT
Beranda Oshikatsu: Fenomena Baru yang Dongkrak Ekonomi Jepang

Oshikatsu: Fenomena Baru yang Dongkrak Ekonomi Jepang

8 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Oshikatsu: Fenomena Baru yang Dongkrak Ekonomi Jepang. (Source: Pixabay)

Istilah tren Jepang Oshikatsu yang mampu mengembangkan perekonomian Jepang melalui fandom idol.

Di Jepang, muncul tren baru bernama oshikatsu, gabungan dari kata oshi “idol” dan katsu “aktivitas”. Tren ini memadukan dukungan emosional dan finansial oleh para penggemar terhadap idola favoritnya, dan secara mengejutkan telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi signifikan.

Menurut riset firmas riset pasar Jepang, Harumeku, kini 46% perempuan usia 50-an di Jepang secara aktif mendukung “oshi” mereka secara finansial.  Kelompok usia ini cenderung punya lebih banyak dana setelah anak-anaknya mandiri.

Lebih jauh, survei dari biro iklan CDG dan Oshicoco menyebutkan, rata-rata penggemar menghabiskan sekitar ¥250.000 (~Rp28 juta) per tahun untuk oshikatsu.

Akumulasi dari kegiatan ini diperkirakan menghasilkan ±¥3,5 triliun per tahun, sekitar 2,1% dari total penjualan ritel nasional Jepang.

Baca Juga: 10 Negara yang Paling Banyak Konsumsi Sampah Plastik, Indonesia Urutan Berapa ya?

Gender dan Generasi Pelaku Oshikatsu

Menariknya, fenomena ini juga membalik peran tradisional gender. Biasanya, suami adalah pencari nafkah utama, tapi dalam oshikatsu, perempuan yang lebih tua sering menjadi sumber dana dukungan utama bagi idola pria muda.

Tak hanya di kalangan dewasa, kegiatan ini pun melebar ke berbagai generasi, mulai milenial, Gen Z, hingga generasi Alpha yang membuat ia semakin arus utama di Jepang.

Dampak Luas & Risiko Jangka Panjang

Dengan dana yang mengalir pada pembelian merchandise, tiket konser, iklan ulang tahun di stasiun kereta, hingga paket perjalanan, oshikatsu turut membuka peluang di sektor periklanan, pariwisata, event, hingga transportasi lokal.

Namun, beberapa pengamat meragukan apakah lonjakan pengeluaran ini dapat bertahan lama.

Ada kekhawatiran bahwa jika pemerintah Jepang menerapkan regulasi terhadap tren budaya populer, daya tarik oshikatsu, terlebih kepada penggemar muda bisa menurun.

Oshikatsu telah berevolusi dari subkultur fandom ke sebuah industri kreatif yang berkontribusi besar terhadap perekonomian Jepang tak hanya di sektor hiburan, tapi juga pariwisata dan pemasaran lokal.

Namun, keberlanjutan pertumbuhannya akan bergantung pada keberlanjutan minat penggemar serta kebijakan pemerintah.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana dukungan emosional dalam budaya modern bisa berubah menjadi kekuatan ekonomi nyata.

Di masa depan, oshikatsu bisa menjadi cermin dari bagaimana gairah identitas budaya bisa diangkut menjadi daya beli yang berdampak hingga perekonomian nasional.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.