ADVERTISEMENT
Beranda Mengenal Playing Victim: Tanda dan Cara Menghadapinya

Mengenal Playing Victim: Tanda dan Cara Menghadapinya

4 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Mengenal Playing Victim: Tanda dan Cara Menghadapinya. (Source: Pixabay/@_mallgoth_)

Seseorang yang playing victim  biasanya akan membuat drama dalam hidupnya, sehingga selalu merasa menjadi korban yang berbanding terbalik dengan aslinya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah bertemu dengan seseorang yang selalu merasa menjadi korban dalam setiap situasi. 

Sikap ini dikenal dengan istilah playing victim, yaitu perilaku di mana seseorang terus-menerus menempatkan dirinya sebagai korban, meskipun faktanya tidak demikian. 

Infogarut akan memberikan pemahaman terkait apa itu playing victim, tanda-tanda perilakunya, serta cara menghadapi orang yang sering bersikap demikian.

Baca Juga: Cara Menghitung Berat Badan Ideal

Apa Itu Playing Victim?

Playing victim adalah sebuah perilaku manipulatif di mana seseorang secara sengaja atau tidak sengaja memposisikan dirinya sebagai pihak yang selalu disakiti, dikhianati, atau dirugikan oleh orang lain maupun keadaan. 

Orang yang bermain peran sebagai korban biasanya akan menghindari tanggung jawab dan menggunakan perasaan bersalah orang lain untuk mendapatkan simpati atau keuntungan tertentu.

Perilaku ini bisa muncul dalam berbagai hubungan, mulai dari pertemanan, hubungan romantis, hingga lingkungan kerja. 

Jika dibiarkan, sikap playing victim bisa merusak hubungan interpersonal dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat.

Tanda-Tanda Seseorang Playing Victim

Berikut merupakan beberapa ciri umum dari seseorang yang memiliki kecenderungan playing victim:

1. Selalu Menyalahkan Orang Lain

Mereka jarang mengakui kesalahan sendiri dan cenderung melempar tanggung jawab kepada orang lain atau keadaan.

2. Suka Mencari Simpati

Mereka sering kali menceritakan kisah hidupnya dengan nada sedih atau dramatis untuk menarik perhatian dan dukungan emosional.

3. Merasa Dunia Tidak Adil

Orang yang playing victim melihat dirinya sebagai korban ketidakadilan yang terus-menerus, tanpa mencoba mencari solusi atau introspeksi diri.

4. Menghindari Tanggung Jawab

Ketika menghadapi masalah, mereka lebih suka bersembunyi di balik peran korban daripada menghadapi kenyataan atau memperbaiki kesalahan.

5. Menggunakan Rasa Bersalah Sebagai Senjata

Mereka sering kali membuat orang lain merasa bersalah agar keinginannya dipenuhi, karena warginet sudah termakan bualannya.

Mengapa Seseorang Bersikap Playing Victim?

Ada beberapa alasan mengapa seseorang memilih untuk playing victim, antara lain:

- Trauma masa lalu yang belum terselesaikan.

- Kurangnya keterampilan mengelola emosi dan konflik.

- Kebutuhan untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan.

- Cara untuk menghindari rasa takut akan kegagalan atau penolakan.

Baca Juga: Terkuak! Rahasia Hidup Positif Bermula dari Mental Health

Cara Menghadapi Orang yang Playing Victim

Berurusan dengan orang yang playing victim bisa melelahkan. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu warginet menanganinya:

1. Tetap Tenang dan Objektif

Jangan terpancing emosi. Hadapi situasi dengan kepala dingin dan logika agar warginet mampu mengambil keputusan yang tepat dan tidak terburu-buru.

2. Tetapkan Batasan yang Jelas

Jangan biarkan diri warginet terus-menerus dimanipulasi oleh rasa kasihan. Buat batasan emosional dan waktu dalam interaksi.

3. Dorong untuk Bertanggung Jawab

Ajak mereka melihat situasi secara objektif dan mendorong mereka untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.

4. Hindari Terjebak dalam Drama yang dibuat

Jangan larut dalam kisah dramatis yang mereka buat. Fokus pada solusi, bukan pada emosi yang berlebihan.

5. Beri Dukungan Sewajarnya

Tunjukkan empati, namun jangan memanjakan perilaku yang tidak sehat dengan menyuarakan dan terlalu menyanjung orang lain.

6. Pertimbangkan Bantuan Profesional

Jika perilaku playing victim sudah sangat mengganggu, sarankan agar orang tersebut berkonsultasi dengan psikolog atau konselor.

Playing victim menjadi sikap yang bisa merusak hubungan dan menghambat perkembangan pribadi.

Memahami tanda-tandanya dan mengetahui cara menanganinya bisa membantu menjaga hubungan tetap sehat dan seimbang. 

Ingat, menunjukkan empati itu penting, tetapi tidak berarti warginet harus mengorbankan kesehatan mental sendiri.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.