Kilas Balik Trofi Piala Dunia yang Melekat, Jadi Incaran Nazi Hingga Dilebur Menjadi Emas Batangan
Setiap kali turnamen sepak bola terbesar di dunia digelar, trofi Piala Dunia menjadi simbol tertinggi yang diidamkan setiap pemain dan negara.
Trofi Piala Dunia selalu menjadi simbol puncak dari prestasi tertinggi dalam sepak bola internasional, sebuah hadiah yang setiap empat tahun sekali menjadi rebutan para tim di seluruh dunia. Namun, di balik kilau emas dan gemuruh kemenangan, tersimpan fakta mengejutkan mengenai trofi tersebut.
Infogarut akan mengulas perjalanan panjang dua trofi paling bersejarah dalam dunia sepak bola, yakni Jules Rimet Trophy dan FIFA World Cup Trophy.
Asal Usul Trofi Piala Dunia
Sebelum menggunakan trofi seperti yang kita kenal sekarang, ajang Piala Dunia pertama pada 1930 di Uruguay mempersembahkan Jules Rimet Trophy. Trofi ini dirancang oleh pematung asal Prancis, Abel Lafleur, dengan tinggi sekitar 35 cm dan berat 3,8 kg.
Terbuat dari perak berlapis emas, desainnya menampilkan patung Dewi Nike, dewi kemenangan dari Yunani kuno, yang menopang piala berbentuk decagonal.
Nama “Jules Rimet Trophy” baru resmi digunakan setelah Perang Dunia II untuk menghormati presiden FIFA saat itu, Jules Rimet. Sebelumnya, trofi ini dikenal sebagai Victory atau Coupe du Monde.
Pengamanan dari Nazi dan Pencurian Trofi Piala Dunia
Saat Perang Dunia II pecah, Italia menjadi pemegang trofi karena menjuarai Piala Dunia 1938. Namun, trofi tersebut berisiko dirampas oleh Nazi Jerman. Untuk melindunginya, ada yang menyebut Ottorino Barassi, pejabat olahraga Italia, menyembunyikan trofi di dalam kotak sepatu di bawah tempat tidurnya dan ada pula yang mengatakan bahwa Jules Rimet menyimpannya di bawah kasur.
Dilansir dari laman Historia, kenyataannya trofi disimpan di brankas bank di Roma hingga perang usai. Kisah penyelamatan ini menjadi legenda tersendiri dalam sejarah trofi Piala Dunia.
Setelah perang usai, trofi kembali diperebutkan pada Piala Dunia 1950 di Brasil. Namun, petaka kembali terjadi jelang turnamen 1966 di Inggris. Saat dipamerkan di Westminster Central Hall untuk pameran filateli, trofi Jules Rimet dicuri pada 20 Maret 1966. Dunia sepak bola pun geger.
Meskipun polisi berhasil menangkap pelaku bernama Edward Betchley, trofi belum ditemukan. Kejutan datang seminggu kemudian di mana seekor anjing bernama Pickles menemukan trofi yang dibungkus koran di sebuah taman di London Selatan. Berkat temuan itu, Inggris bisa menyerahkan kembali trofi ke FIFA sebelum turnamen dimulai, sekaligus memenangkan Piala Dunia untuk pertama kalinya tahun itu.
Pada tahun 1970, Brasil menjadi negara pertama yang menjuarai Piala Dunia tiga kali. Berdasarkan aturan FIFA, negara tersebut mendapatkan hak kepemilikan permanen atas trofi Jules Rimet. Trofi bersejarah itu kemudian disimpan di markas CBF (Confederação Brasileira de Futebol) di Rio de Janeiro dan dipajang dalam lemari kaca.
Namun, kisah bahagia itu tidak bertahan lama. Pada 19 Desember 1983, markas CBF dibobol maling. Empat pelaku berhasil mencuri trofi bersejarah tersebut. Polisi menangkap para pelaku, termasuk Sergio Peralta Ayres dan mantan opsir polisi Francisco Rivera, tetapi trofi sudah tidak bisa diselamatkan.
Peleburan Trofi Emas Batangan
Dalam laman Historia, disebutkan bahwa para pelaku mengaku telah melebur trofi menjadi emas batangan untuk dijual oleh seorang pedagang asal Argentina bernama Juan Carlos Hernandez. Karena trofi asli telah hilang selamanya, CBF kemudian memesan replika resmi kepada perusahaan Eastman Kodak, yang diserahkan kepada Presiden Brasil João Figueiredo pada 1984.
Tragedi ini membuat FIFA menetapkan kebijakan baru, di mana trofi Piala Dunia asli tidak lagi boleh menjadi milik permanen siapa pun. Tim juara hanya akan memegang trofi asli sesaat saat seremoni, lalu menerima replika emas berlapis sebagai simbol kemenangan.
Trofi baru yang digunakan sejak Piala Dunia 1974 dirancang oleh pematung asal Italia, Silvio Gazzaniga, dan diproduksi oleh Stabilimento Artistico Bertoni di Milan. Dari 53 desain yang diajukan, rancangan Gazzaniga terpilih karena menggambarkan dua sosok manusia yang mengangkat bola dunia sebagai simbol semangat juang dan kemenangan universal.
Trofi ini memiliki tinggi 36,5 cm, berat sekitar 6 kg, dan terbuat dari emas 18 karat dengan dua lapis perunggu di dasarnya bertuliskan FIFA World Cup. Trofi ini pertama kali direbut oleh Jerman Barat sebagai juara pada 1974.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.