Kisah Klasik di Balik Lagu "Hari Lebaran", Sebuah Kritik untuk Para Penguasa
Oleh,
Infogarut
2 tahun yang lalu
-
waktu baca 2 menit
1.5k Dilihat
Siapa yang tak mengenal lagu "Hari Lebaran", sebuah lagu karya komponis besar Ismail Marzuki yang paling populer di setiap momen hari raya.
Lagu ini pertama kali dinyanyikan oleh Suyoso Karsono, pemilik label Irama pada tahun1954 di studio RRI, Jakarta.
Nah, usul punya usul, di balik kejayaan lagu ini, tersimpan kisah masa lalu, salah satunya adalah realitas dan sindiran untuk para penguasa. Hal tersebut tergambar pada sebagian lirik yang ditulis oleh Ismail Marzuki.
Pertama, pada lirik “Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin” tersimpan makna sindiran atas kondisi rakyat pada masa itu yang belum sejahtera. Saat itu, tepatnya pasca kemerdekaan, kondisi perekonomian Indonesia sedang di ambang penurunan, sehingga banyak dari masyarakat yang kehilangan pekerjaan.
Pada Kabinet Natsir (September 1950-Apri 1951), Menteri Perdagangan Soemitro Djojohadikusumo mencetuskan sebuah rencana bernama Sumitro Plan. Sumitro Plan ini adalah program yang ditekankan pada pembangunan industri dasar, seperti pendirian pabrik-pabrik, dengan tujuan untuk menumbuhkan dan membina para pelaku usaha pribumi.
Seiring berjalannya waktu, desas-desus mulai timbul dari kebijakan tersebut. Salah satunya adalah munculnya korupsi di lembaga negara dan banyak pejabat yang hidup dengan gaya mewah. Korupsi inilah yang dikritik oleh Ismail. Kritik itu tegas disampaikan pada dua baris terakhir lagu "Hari Lebaran", yang dihilangkan. Yakni, "kondangan boleh kurangin, korupsi jangan kerjain."
Di era Orde Baru, dua bait tersebut dihilangkan karena dinilai tak pantas. Barulah setalah Revormasi, lagu "Hari Lebaran" dinyanyikan secara lengkap dan mulai diaransemen oleh beberapa kalangan seniman dan artis kenamaan.
Selain menjadi lagu pertama yang menghiasi momen lebaran pada masanya, lagu "Hari Lebaran" merupakan lagu pertama dalam sejarah penciptaan lagu di Indonesia yang mengangkat persoalan korupsi dengan menggunakan kata "korupsi" pada liriknya.
Hingga saat ini, lagu "Hari Lebaran" masih menjadi lagu wajib yang selalu hadir mengiringi perayaan hari raya. Hentakan irama dengan alunan nada yang penuh semangat, seolah tak pernah terhalang oleh zaman dan tetap abadi di benak masyarakat.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.