Kisah Pesantren Cipari dalam Melawan Gerakan DI/TII di Garut Bagian II


Bahkan K.H Yusuf Tauziri mengatakan “ ngaharamkeun mundur sanajan salambar buuk” yang artinya K.H Yusuf mengharamkan para pejuan untuk mnudur meskipun hanya selesai rambut. Untuk melindungi diri dari serangan tentara Belanda dan pasukan DI/TII K.H Yusuf Tauziri bersama santri dan warga CIpari membuat lubang-lubang perlindungan. Selain membuat lubang perlindungan K.H Yusuf Tauziri bersama santri, masyarakat Cipari dan juga tentara Divisi Siliwangi juga berlindung di Mesjid Cipari.

Bukti penyerangan DI/TII dan tentara Belanda masih dapat dilihat di Mesjid Cipari yang banyak bekas peluru yang ditembakkan ke mesjid tersebut. Ketika pasukan DI/TII menggepur Pesantren Cipari mereka merusak rumah warga di sekitar Pesantren Cipari dan juga membakar rumah-rumah penduduk di sana. Penyerangan DI/TII terhadap Pesantren Cipari berlangsung sepanjang malam.

Selama serangan berlangsung Pesantren Cipari dibawah pimpinan K.H Yusuf Tauziri terus melawan pasukan DI/TII yang mencapai 3000 orang. Pasukan Pesantren Cipari kemudian di bantu oleh tentara Divisi Siliwangi yang terus berdatangan hingga akhirnya penyerangan DI/TII di wilayah Pesantren Cipari dan Garut dapat dihentikan dengan Operasi Pagar Betis.

Melalui operasi pagar betis inilah Kartosuwirjo dilumpuhkan dan ditangkap. Pada tahun 1962 Kartosuwirjo ditangkap di Gunung Geber. Setelah tertangkapnya Kartosuwirjo Pesantren Cipari-pun terbebas dari serangan pasukan DI/TII. Peperangan yang diawali oleh penyerangan DI/TII ini hampir meluluhlantahkan kompleks Pesantren Cipari.

Karena banyaknya rumah penduduk dan juga ruangan kelas yang hancur di saat berperang melawan Di/TII akhirnya K.H Yusuf Tauziri membangun kembali rumah-rumah dan ruangan kelas yang sudah rusak. Selesai peperangan ini menjadikan K.H Yusud Tauziri sebagai anggota aktif di Divisi III Siliwangi bagian perawatan Rohani dan Pesantren Cipari dipimpin oleh K.H Abdul Kudu yang merupakan kakak K.H Yusuf Tauziri.

 

Sumber : Sumber : Iim Imadudin, Peranan Kiai dan Pesantren Cipari Garut Menghadapi DI/TII (1948-1962), Jurnal Patanjala (2010)


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka