Kisah Terdamparnya Paus Raksasa di Pantai Cilauteureun Garut Tahun 1916

Kisah Terdamparnya Paus Raksasa di Pantai Cilauteureun Garut Tahun 1916
Sumber foto : Treubia, Vol. 1, 1919-1921

Tahukah Warginet, bahwa pada tahun 1917, di Pantai Cilauteureun Pameungpeuk, terdapat kerangka paus raksasa yang terdampar? 

 

Paus yang terdampar di Teluk Cilauteureun pada Desember 1916 itu merupakan jenis paus biru raksasa yang memiliki panjang 26 meter, tingga 8 meter, dengan lebar 13 meter. Berita terdamparnya paus biru itu pertama kali diberitakan oleh Bataviaasch Niewsblad pada 21 Desember 1916.

Setelah itu, surat kabar lain mulai bermunculan mengabarkan terdamparnya paus biru di pantai selatan Garut itu seperti Deli Courant, yang mengabarkan bahwa paus biru pernah juga terdampar di sekitar Pantai Cibaregbeg, sebelah timur Pantai Cilauteureun, pada berita Bataviaasch nieuwsblad juga memuat berita yang sama. 

Sumatra Bode juga mengangkat berita yang sama dengan tambahan kutipan dari Pak Lans, dari Perkebunan Waspada yang berjalan di atas paus, mengatakan bahwa kulit paus itu sehalus es, matanya sebesar papan genta, dan mulutnya selebar lima meter. Paus biru itu bobotnya mencapai 119 ribu kilogram dengan panjang 27,28 meter.

Mr. PA Ouwens, kurator Museum dan Laboratorium Zoologi di Bogor, bersama seorang juru gambar dan fotografer pribumi mendatangi tempat terdamparnya paus raksasa itu untuk memastikan apakah spesimen ini berharga atau tidak untuk koleksi Museum Zoologi Bogor. Berita kunjungan Ouwens dimuat dalam De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad dengan berita yang sama yang menyatakan bahwa paus itu akan ditempatkan di Museum Zoologi di Bogor. 

Persiapan pengangkatan kerangka paus ke Bogor dilakukan oleh Reuter, asisten kurator Museum dan Laboratorium Zoologi, dan dua orang pribumi. Mereka mempersiapkan agar tulang-tulang terorganisir dengan baik ketika diangkut sehingga memudahkan saat direkonstruksi. Pemindahan kerangka paus raksasa mengalami kesulitan. Tidak ada stasiun kereta api di Pameungpeuk menjadi salah satu kendalanya. Tulang-tulang paus itu harus diangkut menggunakan gorobag yang melewati jurang dalam dan menyebarangi sungai. Tulang-tulang paus yang bau perlu upaya lebih besar dari kepala penduduk untuk membujuk warganya agar ikut membantu mendorong gorobag yang membawa tulang busuk itu.

 

museum_zoo_paus_biru.jpg

Setelah 44 hari perjalanan, kerangka paus biru raksasa itu sampai di tujuan dan urutan dan kondisi yang tepat. Setelah sampai di Bogor, tulang-tulang dari paus raksasan ini ditata kembali. Dari tahun 1917 berbagai tulang dan kerangka direkonstruksi. Untuk penataan tulang paus ini dibangun gedung khusus di Museum Zoologi Bogor. 

Upaya yang menguras tenaga dan pikiran ini membuahkan hasil dengan kerangka paus raksasa ini kini sudah terpajang dengan megah dan menjadi koleksi yang berharga.

 

Sumber materi : ayobandung.com


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.