Kyai Mulabaruk dari Garut Sang Mahaguru bagi Para Ulama Sunda


Kyai Mulabaruk dari Garut pertama kali diketahui dari catatan harian Snouck Hurgronje yang merupakan seorang orientalis berkebangsaan Belanda. Di dalam catatan hariannya dituliskan daftar-daftar Pulau Jawa dan salah satunya terdapat Kijahi Moelabaroek van Garoet atau Kyai Mulabaruk dari Garut.

Dalam catatannya dituliskan bahwa Kyai Mulabarik merupakan Kyai yang memiliki ratusan murid yang berasal dari berbagai daerah dari seluruh tanah sunda, bahkan Hurgronje menyebutkan bahwa Kyai tersebut merupakan mahaguru dan pusat keilmuan agama Islam.

Kyai Mulabaruk membangun pesantren sebagai tempat belajar di Kampung Mulabaruk yang pada saat itu merupakan nama kampung yang merupakan bagian dari wilayah administrasi Distrik Sukawening. Sebagai mahaguru Kyai Mulabaruk ini mengajarkan kitab-kitab yang dengan tingkatan paling tinggi .

Kitab-kitab tinggi ini diantaranya kitab tasawuf karya Al-Jili yang berjudul “ Al-Insan Al-kamil”, kitab tafsir karya Al-Baidhawu yang berjudul “Anwar Al-Tanzil”, kitab-kita Al-Nawawi yang merupakan kitab fikih yang berjudul “ Minhaj Al-Thalibin” dan “Al-Majmu”. Di sana juga diajarkan tata bahasa Arab seperti nahwu dan saraf, di sana juga mempelajari kitab shorof, awamil dan al-ajurumiyyah.

Murid-murid Kyai Mulabaruk ini sukses menjadi ulama-ulama yang memiliki pengaruh besar di tatar Priangan. Dalam catatan Hurgronje ini terdapat nama-nama murid dari Kyai Mulabaruk seperti Raden Haji Yahya sang penghulu Garut, Kyai Muhammad Razi yang merupakan pakar ilmu nahwu, Kyaiy Muhammad Arif sang pakar ilmu fikih, Kiyai Cioari dari Wanaraja, Kiyai Bunter yang merupakan pakar ilmu tata bahasa Arab dan Kyai Hasan Basori.

Kyai Hasan Basori merupakan salah satu murid Kyai Mulabarok disebutkan oleh Snouck Hurgronje sebagai salah satu ulama besar Sunda yang mengajar di Mekkah di abad 19 M dan dikenal sebagai Syaikh Muhammad Garut. Syaikh Muhammad Garut juga mengajar dan membina muridnya menjadi pakar dalam bidang ilmu qira’at Al-quran seperti Kyai Abdullah Salim dan Syaikh Muhammad Siraj.

 

 

 

Sumber : Ahmad Ginanjar Sya’ban dalam alif.id


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka