Beranda Menelisik Kisah Diplomasi Australia, Jadi yang Pertama Berkunjung Pasca Proklamasi
ADVERTISEMENT

Menelisik Kisah Diplomasi Australia, Jadi yang Pertama Berkunjung Pasca Proklamasi

9 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Menelisik Kisah Diplomasi Australia di Batavia, Jadi yang Pertama Berkunjung Pasca Proklamasi. (Source: historia.id)

Setelah kemerdekaan, Indonesia semakin banyak dilirik dan menjadi pusat perhatian. Hal itu juga menjadi daya tarik diplomat Australia berkunjung dengan membawa misinya. Yuk simak di sini!

Pada masa-masa awal setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, dunia internasional mulai mengamati dengan serius perkembangan yang terjadi di Nusantara. 

Salah satu utusan asing pertama yang mengunjungi Indonesia pasca-proklamasi adalah William Macmahon Ball, seorang akademisi Australia yang ditunjuk oleh Menteri Luar Negeri Australia, Dr. Herbert Vere Evatt, untuk memimpin delegasi pencari fakta. Misi Ball didampingi oleh Joe Isaac, dosen muda Universitas Melbourne yang menguasai bahasa Belanda dan Indonesia.

Setelah menerima briefing di Canberra, keduanya terbang menuju Batavia (sekarang Jakarta) pada awal November 1945. Namun, kedatangan mereka bertepatan dengan situasi yang sangat genting. Inggris telah menguasai Batavia selama lebih dari dua bulan dan mendukung kembalinya pemerintahan kolonial Belanda. Macmahon Ball dan Isaac bahkan terjebak dalam baku tembak di jalanan kota, nyaris kehilangan nyawa saat pertempuran sengit berlangsung.

Baca Juga: Mesir Jadi Negara Pertama yang Akui Kemerdekaan Indonesia

Pertemuan pertama mereka dengan pihak militer Inggris dan pejabat Belanda di Batavia menunjukkan ketegangan yang tinggi. Letjen Philip Christison, Panglima Sekutu di Hindia Belanda, menyatakan bahwa tugasnya hanya mengurus pemulangan tahanan perang Jepang dan memfasilitasi kembalinya Belanda, sehingga kehadiran delegasi Australia dianggap mengganggu agenda tersebut.

Meski demikian, Macmahon Ball bersikeras ingin bertemu dengan para pemimpin Republik Indonesia. Pada suatu kesempatan, akhirnya Ball dan Isaac dapat bertemu dengan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Perdana Menteri Sutan Sjahrir, dan beberapa menteri Kabinet Sjahrir I yang tentunya dengan pengawalan aparat kepolisian republik.. 

Suasana pertemuan berlangsung hangat dan penuh rasa persahabatan. Soekarno tampil percaya diri dan berwibawa. Adapun Sjahrir yang mendampinginya membuat para tamu undangan terpukau karena bahasa Inggris yang dikuasainya sangat lancar.

Dalam pertemuan tersebut, Macmahon menyampaikan tujuan kunjungannya untuk memahami lebih dalam situasi di Indonesia dan menawarkan bantuan, termasuk dalam bidang medis. Ia juga merekomendasikan agar pemerintah Australia mendukung pengajuan penyelidikan PBB atas kondisi di Hindia Belanda demi stabilitas kawasan.

Baca Juga: Mengenal Husein Mutahar dan Lagu Kemerdekaan

Sayangnya, upaya diplomasi ini tidak disambut baik oleh Inggris dan Belanda. Mereka kemudian dikawal oleh tentara militer Inggris untuk kembali ke negara asal mereka, Australia. Meski laporan resmi Macmahon mengenai pengalaman dan temuan selama misi tersebut diserahkan ke Departemen Luar Negeri Australia, rekomendasinya kurang mendapat perhatian.

Pameran “Two Nations: A Friendship is Born” yang digelar di Museum Bahari Jakarta pada Agustus-September 2024, mengingatkan kita kembali akan peran penting Australia dalam mendukung kemerdekaan Indonesia, terutama melalui gerakan pekerja pelabuhan yang melakukan mogok mendukung perjuangan rakyat Indonesia dan misi diplomatik seperti yang dilakukan Macmahon Ball.

Kisah misi ini bukan hanya catatan sejarah perjalanan diplomasi antara dua negara, melainkan juga bukti betapa perjuangan kemerdekaan Indonesia mendapat simpati dari berbagai kalangan internasional meski diwarnai konflik dan tantangan yang berat.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.