Menelisik Naskah Kuno Babad Limbangan yang Menyimpan Sejarah
Kawasan Limbangan di Kabupaten Garut menyimpan jejak sejarah yang menarik dan telah lama dikenal dalam tradisi lokal melalui naskah kuno yang dikenal sebagai Babad Limbangan.
Naskah Kuno Babad Limbangan bukan sekadar legenda, melainkan juga bagian dari identitas budaya masyarakat Sunda yang menghubungkan masa lalu kerajaan, penguasa di wilayah Limbagan serta perubahan administratif hingga terbentuknya Garut.
Memahami Babad Limbangan dan konteksnya di Garut memberikan gambaran lebih luas bagaimana wilayah ini berkembang, dari kerajaan ke kabupaten hingga kota administrasi modern, serta bagaimana cerita historis dan budaya saling berkaitan.
Baca Juga: Mengungkap Sejarah Asal-Usul Orang Sunda, Antara Sunda Wiwitan dan Migrasi Austronesia
Babad Limbangan adalah sebuah naskah kuno yang menceritakan asal-usul dan kisah penguasa di wilayah Limbangan. DIlansir dari laman Infogarut, naskah ini memiliki bentuk wawacan dengan jumlah halaman 39, serta ukuran fisik tertentu. Dalam ceritanya disebutkan bahwa wilayah Limbangan merupakan bagian dari Kerajaan Pakuan Raharja masa lalu yang kemudian berperan dalam sistem pemerintahan lokal.
Dalam naskah tersebut muncul tokoh-tokoh seperti Prabu Siliwangi dan putra-putranya yaitu Basudewa serta Limansejaya yang mengambil peran sebagai penguasa di Dayeuh Luhur dan Galih Pakuan (Limbangan). Dengan demikian, Babad Limbangan tidak hanya menceritakan legenda, tetapi juga merangkum bagaimana kekuasaan, pewarisan, dan pembentukan kerajaan serta wilayah berlangsung secara lokal.
Peran Limbangan dalam Sejarah Garut
Wilayah Limbangan mempunyai posisi penting dalam sejarah Garut. Di masa lalu, Kecamatan Balubur Limbangan pernah menjadi pusat administratif sebelum dipindahkan ke kota Garut. Sebuah penelitian menyebut bahwa pusat administratif Kabupaten Limbangan kemudian dipindahkan ke Garut sekitar tahun 1813.
Nama Limbangan berasal dari kata “imbangan” yang berarti “seimbang”, diusulkan oleh Sunan Gunung Djati saat bertemu dengan penguasa di wilayah tersebut. Dengan demikian, proses perubahan wilayah, nama, dan administratif menghubungkan Babad Limbangan dengan pembentukan identitas wilayah Garut masa kini.
Naskah Babad Limbangan tidak hanya penting untuk penelusuran historis, tetapi juga menjadi sumber untuk kajian nilai sosial. Sebuah artikel akademik meneliti nilai-nilai sosial dalam Babad Limbangan seperti pengabdian, tolong-menolong, kekeluargaan, kesetiaan, tanggung jawab, keadilan, dan kerjasama.
Baca Juga: Apa Kebiasaan Orang Sunda?
Para peneliti sejarah mencatat bagaimana Kabupaten Limbangan bertransformasi melalui masa kolonial hingga menjadi Kabupaten Garut, sebagaimana dijelaskan dalam jurnal “Sejarah Perkembangan Kabupaten Garut” yang memperlihatkan perpindahan administratif, sosial dan ekonomi wilayah tersebut.
Memahami Babad Limbangan dan sejarah Limbangan, Garut penting untuk generasi muda agar mengenali akar budaya dan sejarah lokal. Hal ini membantu memperkuat identitas lokal, pemahaman tentang perubahan wilayah, serta bagaimana kisah-masa lalu mempengaruhi kehidupan sekarang.
Di sisi pariwisata dan budaya, wilayah Limbangan dan Garut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi yang tidak hanya menyajikan alam, tetapi juga kisah sejarah yang kaya, seperti jejak kerajaan, naskah kuno, dan lokasi peninggalan administratif yang dahulu. Dengan mengenal cerita Babad Limbangan, masyarakat dan wisatawan bisa lebih menghargai nilai sejarah dan budaya Sunda di Garut.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.