Beranda Nenjrag Bumi: Ritual Agar Bayi Tidak Kagetan
ADVERTISEMENT

Nenjrag Bumi: Ritual Agar Bayi Tidak Kagetan

3 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Nenjrag Bumi: Ritual Agar Bayi Tidak Kagetan. (Source: Freepik)

Ritual Nenjrag Bumi adalah salah satu bentuk tradisi adat Sunda yang unik dalam menyambut kelahiran bayi bertujuan agar bayi kelak tidak mudah takut, sehingga menjadi anak yang kuat dan berani.

Kelahiran seorang bayi di berbagai tradisi budaya selalu disambut dengan penuh makna, bukan hanya sebagai suka cita atas hadirnya anggota baru, tetapi juga sebagai harapan agar sang bayi tumbuh dengan sehat, berani dan terlindungi. 

Di kalangan masyarakat Sunda, salah satu ritual unik yang lazim ketika menyambut bayi adalah Nenjrag Bumi, sebuah prosesi simbolis yang bertujuan agar bayi tidak mudah terkejut atau takut dalam menghadapi dunia. 

Meskipun zaman telah berubah, ritual ini tetap menjadi bagian dari warisan budaya yang dilestarikan dan dianggap mempunyai nilai edukatif dan simbolis. 

Nenjrag Bumi adalah sebuah upacara adat khas masyarakat Sunda di Jawa Barat yang dilakukan saat kelahiran bayi. Secara harfiah, “nenjrag” berarti menghentakkan kaki ke tanah atau bumi. 

Tujuan utama ritual ini adalah agar bayi kelak menjadi anak yang tidak gampang terkejut atau tak mudah takut, menghadapi suara-bunyi secara tiba-tiba atau perubahan lingkungan. 

Baca Juga: Tradisi Khas Sunda yang Turun Temurun Masih Sering Dilakukan Sampai Sekarang

Cara Pelaksanaan Nenjrag Bumi

Ada dua cara pelaksanaan yang umum dilakukan dalam Nenjrag Bumi:

  1. Bayi diletakkan di atas pelupuh, yaitu alas dari bambu yang dibelah-belah menjadi lantai. Ibu atau indung kemudian menghentakkan kaki-nya di atas pelupuh tersebut, sebanyak tujuh kali.

  2. Atau alternatif lain dengan memukulkan alu, tongkat kayu atau alat penumbuk padi ke bumi di dekat bayi sebanyak tujuh kali. 

Pelaksanaan ritual biasanya dilakukan pada waktu yang dianggap tepat setelah bayi lahir, di dekat pintu masuk rumah atau di dalam rumah dekat pintu depan. 

Ritual Nenjrag Bumi mengandung berbagai makna simbolik, di mana hentakan kaki atau pukulan alu terhadap bumi melambangkan perkenalan bayi terhadap unsur alam yang menjadikan bayi berakar di bumi, sebagai bagian dari siklus kehidupan.

Angka tujuh yang dipakai dalam ritual dipercaya melambangkan kesempurnaan atau keberuntungan dalam tradisi lokal. Adapun fungsi sosialnya mencakup harapan bahwa bayi akan tumbuh dengan karakter tangguh, tidak gampang panik atau takut, dan dihormati sebagai bagian komunitas keluarga serta adat. 

Baca Juga: 5 Contoh Sajak Sunda yang Bisa Jadi Inspirasi

Meskipun berada di era modern dan banyak orang tua yang lebih mengandalkan pendekatan medis atau psikologis dalam merawat bayi, Nenjrag Bumi tetap memiliki tempat sebagai bagian dari warisan budaya. Hal ini dapat menumbuhkan rasa keterikatan anak dengan budaya leluhur dan lingkungan.

Untuk orang tua, sebagai momen refleksi dan simbol komitmen menjaga keselamatan serta perkembangan bayi. Hal ini juga dapat menjadi bagian dari identitas kolektif masyarakat Sunda yang memperkuat nilai-nilai seperti keberanian, tanggung jawab, dan keterhubungan dengan alam.

Namun demikian, penting juga untuk tetap mengedepankan aspek kesehatan bayi untuk memastikan bayi dalam kondisi aman, bersih, tanpa tekanan fisik yang berisiko, serta diiringi pengasuhan yang responsif.

Dengan memahami cara pelaksanaannya, makna simboliknya, dan relevansi masa kini, orang tua atau keluarga dapat mengambil hikmah dari tradisi ini dalam konteks pengasuhan modern.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.