Mengenal Doom Spending, Istilah Populer di Kalangan Gen Milenial dan Z
Doom spending adalah fenomena konsumtif yang makin banyak terjadi di kalangan Gen Z dan milenial. Kenali penyebab dan cara mengatasinya.
Pernah nggak, Warginet, kamu tiba-tiba checkout keranjang belanja online tengah malam, padahal barangnya nggak terlalu dibutuhkan? Atau nongkrong tiap akhir pekan sebagai bentuk "healing", walau dompet lagi tipis? Fenomena ini cukup sering terjadi terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang hidup di tengah tekanan sosial dan ekonomi.
Fenomena ini bukan sekadar belanja impulsif biasa. Doom spending bisa berdampak jangka panjang terhadap keuangan pribadi dan kesehatan mental, terutama jika tidak disadari sejak awal.
Baca juga: Terkuak! Rahasia Hidup Positif Bermula dari Mental Health
Apa Itu Doom Spending?
Doom spending menggambarkan kebiasaan belanja impulsif atau berlebihan yang muncul saat emosi nggak stabil entah karena stres, overthinking, atau tekanan sosial dan ekonomi. Bukannya menyelesaikan masalah, dompet malah makin tipis, pikiran makin kacau. Belanja dilakukan bukan karena kebutuhan, melainkan sebagai cara untuk menghibur diri.
Fenomena ini makin marak sejak pandemi, ketika banyak orang mengalami tekanan emosional, ketidakpastian finansial, dan keterbatasan aktivitas. Alih-alih mencari solusi sehat, sebagian orang memilih berbelanja demi mendapatkan kepuasan sesaat.
Mengapa Gen Z dan Milenial Rentan Terkena Doom Spending?
Beberapa alasan kenapa generasi muda lebih rentan mengalami doom spending antara lain:
- Tekanan Sosial Media
Melihat orang lain "healing" ke tempat-tempat estetik atau belanja barang branded bisa memicu keinginan untuk ikut-ikutan demi menjaga citra. - Akses Mudah ke E-Commerce
Hanya butuh beberapa klik untuk membeli barang dari rumah, dan promo flash sale sering kali menggoda. - Kurangnya Literasi Finansial
Banyak Gen Z belum memahami pentingnya mengelola uang, apalagi menabung atau berinvestasi. - Burnout dan Tekanan Mental
Bekerja sambil kuliah, tuntutan prestasi, hingga ekspektasi keluarga bisa membuat stres dan pelampiasannya adalah berbelanja.
Tanda-Tanda Kamu Mengalami Doom Spending
Coba cek dulu, apakah kamu pernah mengalami hal-hal seperti di bawah ini:
- Sering belanja saat merasa sedih atau stres.
- Merasa bersalah setelah checkout barang.
- Pengeluaran melebihi penghasilan tiap bulan.
- Barang yang dibeli sering kali tidak digunakan.
- Sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kalau sebagian besar dari ciri tersebut ada pada kamu, Warginet, bisa jadi kamu sedang mengalami doom spending.
Dampak Doom Spending yang Perlu Diwaspadai
Doom spending mungkin terlihat sepele, tapi efeknya bisa serius, seperti:
- Masalah Keuangan Jangka Panjang
Tabungan tidak bertambah, utang menumpuk, dan tidak ada dana darurat. - Kesehatan Mental Terganggu
Rasa bersalah setelah belanja bisa memicu stres dan kecemasan yang berulang. - Hubungan Sosial Terganggu
Kalau kamu mulai menjauh dari teman gara-gara utang atau kebiasaan boros, itu tandanya kebiasaan finansialmu sudah mulai berdampak negatif pada hubungan sosial.
Cara Mengatasi Doom Spending
Tenang Warginet, doom spending bisa dikendalikan, kok. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba:
- Buat Anggaran Bulanan
Tetapkan batas pengeluaran, dan pisahkan antara kebutuhan dan keinginan. - Uninstall Aplikasi E-Commerce Sementara
Ini membantu kamu mengurangi godaan belanja impulsif. - Ganti Pola Coping Mechanism
Coba alihkan pelampiasan stres ke hal-hal positif seperti olahraga, journaling, atau membaca. - Belajar Literasi Finansial
Ikuti akun edukasi keuangan atau ikut kelas online tentang cara mengelola uang. - Gunakan Sistem 30 Hari
Tahan keinginan belanja selama sebulan dulu, lalu lihat lagi apakah barang itu masih terasa penting buat kamu atau cuma keinginan sesaat.
Baca juga: 7 Manfaat Lari untuk Kesehatan dan Tipsnya
Menjadi Konsumen yang Lebih Sadar
Sebagai generasi yang punya akses penuh terhadap informasi, Gen Z dan milenial seharusnya bisa lebih bijak dalam mengatur keuangan. Doom spending bukan hal memalukan, tapi harus disadari dan dikendalikan. Yuk jadi generasi yang lebih sadar finansial, bukan cuma karena gaya hidup tapi demi masa depan yang lebih stabil!
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.