Peran Kuli di Garut pada Masa Kolonial Belanda


Garut yang terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah menjadi daerah tujuan wisata pada masa Hindia-Belanda. Pada awal abad ke-20, Garut masuk dalam jaringan pariwisata internasional bersama beberapa daerah lain di Jawa. Garut yang dijuluki Swiss van Java mulai ramai disambangi turis mancanegara. Banyaknya wisatawan di Garut, banyak masyarakat yang ikut mengambil peran dalam sektor ini. Peran dan jenis pekerjaan mereka beragam disesuaikan dengan kebutuhan sektor pariwisata. 

Salah satu jenis pekerjaan masyarakat pribumi Garut untuk menunajng sektor pariwisata di Garut adalah kuli. Keberadaan kuli dalam pariwisata di Garut terkait erat  dengan sektor perkebunan dan pertanian. Mulai abad ke-19 di Garut banyak dibuka usaha perkebunan oleh para pengusaha swasta Eropa. Komoditas utamanya adalah teh, kina, kopi, dan karet yang tersebar di daerah Giriwaras, Cisaruni, Cikajang, Papandayan, Panembong, dan Darajat.

Masyarakat pribumi banyak yang bekerja di perkebunan-perkebunan itu sebagai kuli atau mandor. Kawasan perkebunan itu kemudian menjadi daya tarik dari awal kedatangan para turis. Dari perkebunan, para turis bisa melihat alam Garut yang membentang dan indah. Dengan suhu daerah yang teduh membuat para pengunjung merasa nyaman untuk menghabiskan waktu di sana.  

Selain perkebunan-perkebunan, terdapat juga pembangunan hotel-hotel di Garut sebagai sarana tempat menginap dan hiburan bagi para pelancong. Pada abad ke-20, banyak media informasi yang mengabarkan keindahan alam yang dimiliki Garut. Akibatnya, banyak pelancong yang kemudian berkunjung ke Garut karena penasaran dengan pemberitaan di media.

Dari sana, masyarakat setempat beralih pekerjaan dari kuli perkebunan menjadi pelayan bagi para turis yang datang. Peran kuli perkebunan pun bergeser menjadi berkaitan pada pelayanan pariwisata yang memiliki kontribusi besar. Para kuli tersebut selain kuat juga merupakan orang yang hafal dengan medan. 

Para kuli digambarkan dengan tipikal laki-laki jantan yang bertubuh kekar dan kuat. Tugas kuli tersebut melayani turis berhubungan dengan mengangkat baik barang maupun orang. Para turis yang membawa banyak barang biasanya menggunakan jasa kuli untuk mengangkut barang mereka. Kuli angkut tersebut tersebar di beberapa titik lokasi wisata terutama pada rute yang tidak dapat dilewati langsung oleh mobil. Upah yang dibayar sebesar f. 0,50 atau setengah gulden.

Selain memiliki tugas untuk mengangkut barang, ada juga kuli yang bertugas mengangkut orang. Biasanya kuli angkut orang dimanfaatkan oleh para turis yang tidak bisa berkuda atau tidak kuat berjalan untuk menanggung mereka hingga sampai ke tempat tujuan. Satu tandu biasanya diangkut oleh 1-6 orang kuli. Upahnya sekitar f. 8 hingga f. 11 disesuaikan dengan jarak tempuh, jumlah kuli, dan medan yang harus ditempuh. Selain itu, turis juga wajib memberi uang makan tambahan sebesar f. 1 untuk uang makan. 

Pekerjaan kuli tandu ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan pariwisata di Garut hingga akhir masa kolonial. Peran dan kehadiran kuli sangat penting di pariwisata karena mereka adalah ujung tombak yang bertugas dalam melayani para turis. Para kuli ikut mengembangkan sektor pariwisata Garut.

 

Sumber materi dan foto : YouTube/priangan.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka