Beranda Program Upland di Garut Dorong Kesejahteraan Petani Dataran Tinggi

Program Upland di Garut Dorong Kesejahteraan Petani Dataran Tinggi

2 bulan yang lalu - waktu baca 2 menit

Sejak diluncurkan pada 2021, program pertanian dataran tinggi atau Upland di Kabupaten Garut, Jawa Barat, telah memberikan dampak signifikan bagi petani lokal. Program ini diklaim berhasil meningkatkan pendapatan petani dan mendorong kemandirian ekonomi di wilayah tersebut.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman, menjelaskan bahwa program ini telah memanfaatkan 200 hektare lahan di empat desa: Sukawargi (100 hektare), Cikanang (30 hektare), Simpang (40 hektare), dan Margamulya (40 hektare). “Upland berhasil mengangkat taraf hidup petani, sehingga mereka lebih mandiri secara finansial,” ujarnya pada Minggu, 24 November 2024.

Fokus pada Budidaya Kentang Bersertifikat

Program ini bertujuan untuk menghasilkan benih kentang bersertifikat, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani di daerah dataran tinggi. Selain itu, sejumlah infrastruktur pendukung seperti jalan usaha tani, embung, irigasi sprinkler, dan ternak domba juga menjadi faktor kunci keberhasilan.

Ke depan, Haeruman berharap cakupan program ini dapat diperluas ke desa lain pada 2025. Namun, ia mengingatkan pentingnya memperkuat kelembagaan petani agar keberlanjutan aset, seperti gudang benih, dapat dikelola melalui peraturan desa (Perdes). "Jika petani terus berkontribusi dan memanfaatkan infrastruktur yang ada, potensi kentang Garut dapat mendukung swasembada pangan nasional," tambahnya.

Supervisi oleh Tim IFAD

Sebagai hasil kolaborasi Kementerian Pertanian dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD), program ini diawasi langsung oleh tim supervisi IFAD. Rahmi Khalida, anggota tim tersebut, menyebutkan bahwa evaluasi dilakukan untuk memastikan komponen peningkatan produktivitas dan fasilitas pendukung berjalan optimal.

“Kami meninjau penggunaan infrastruktur seperti gudang, jalan usaha tani, serta alat transportasi. Semuanya harus dikelola dengan baik agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh petani,” jelas Rahmi.

Tantangan dan Potensi ke Depan

Rahmi juga mengungkapkan bahwa peralihan pola tanam dari kentang konsumsi ke penangkaran benih membutuhkan adaptasi dan komitmen petani. Tantangan lain yang dihadapi adalah kestabilan harga dan membangun kepercayaan petani terhadap koperasi. “Koperasi memang sudah mulai berjalan, tetapi butuh waktu agar petani bersedia menjual hasil panen mereka melalui sistem ini,” ujarnya.

Ia menambahkan, dengan iklim dan tanah yang subur, dataran tinggi Garut memiliki potensi besar untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura. Oleh karena itu, ia berharap program Upland dapat sejalan dengan agenda pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

“Indonesia dipilih karena potensi besar sektor pertaniannya, dan program ini selaras dengan visi IFAD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” pungkas Rahmi.

Melalui berbagai tantangan yang dihadapi, program Upland diharapkan terus berkembang dan memberikan manfaat nyata bagi petani dataran tinggi Garut.

 

 

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.