Sejak Kapan Sih Orang Indonesia Suka Bersepeda?
Bersepeda bukan tren baru, tapi sudah jadi bagian hidup orang Indonesia sejak zaman kolonial. Yuk, intip sejarahnya!
Hari ini kalau melihat orang gowes keliling kota pakai sepeda lipat, sepeda fixie, atau road bike, mungkin kamu mikir ini tren baru. Tapi ternyata, budaya bersepeda di Indonesia sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Dulu, sepeda bahkan jadi lambang status dan alat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: 5 Olahraga Kekinian Gen Z yang Lagi Hype
Sepeda Dulu Adalah Barang Mewah
Sepeda pertama kali masuk ke Indonesia sekitar 1900-an. Pada masa itu, sepeda bukan alat transportasi umum, tapi lebih dianggap sebagai simbol kehormatan. Naik sepeda yang bisa cuman orang-orang Eropa, bangsawan pribumi, atau elite tertentu.
Di masa kolonial, sepeda dijuluki sebagai "kuda besi" dan hanya orang-orang kaya yang mampu mempunyainya. Bahkan, Tokoh penggemar sepeda yaitu Bung Hatta. Beliau gemar naik sepeda memenjak kecil. Kebiasaan bersepeda bertahan sampai ia menjadi Wakil Presiden.
Dari Simbol Status ke Gaya Hidup Sehat
Seiring berjalannya waktu, sepeda mulai dipakai lebih luas. Setelah kemerdekaan, banyak rakyat Indonesia mulai menggunakan sepeda untuk kegiatan sehari-hari seperti berangkat kerja, ke pasar, sampai ke sekolah. Sepeda menjadi transportasi penting, terutama sebelum terjangkaunya mobil dan motor.
Di zaman modern seperti sekarang, tren bersepeda kembali naik daun. Bedanya, saat ini sepeda lebih dikaitkan dengan gaya hidup sehat, aktivitas kelompom, hingga gaya anak era sekarang. Dari car free day sampai bike to work, semuanya menjadi bukti kalau sepeda tetap memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia.
Baca juga: Anomali Brainroot Berdampak Serius Bagi Perkembangan Anak, Kata Pakar IPB
Jadi, bersepeda itu tidak sekadar tren kekinian. Sejak zaman kolonial, sepeda sudah menjadi bagian dari kehidupan orang Indonesia. Mulai dari simbol status, alat perjuangan, sampai gaya hidup sehat hari ini. Dan siapa tahu, Warginet yang sekarang gowes setiap minggu, ternyata sedang meneruskan warisan budaya yang panjang!
Sumber: Historia.id
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.