Sejarah dan Makna Mapag Panganten, Tradisi Pernikahan dalam Adat Sunda yang Ada Sejak Tahun 1920-an
Menikah merupakan fase dalam kehidupan bagi manusia, baik laki - laki maupun perempuan. Perjanjian antara laki - laki dan perempuan, yang berjanji sehidup semati untuk tetap bersama sampai akhir khayat menjadi mimpi bagi seluruh pasangan. Tentunya setiap pasangan ingin melaksanakan pernikahan yang dimimpikan, mulai dari tamu yang diundang sampai adat yang digunakan pasti direncanakan sedemikian mungkin. Salah satu adat pernikahan yang biasa warginet lihat di Garut pastinya pernikahan adat sunda.
Dalam adat sunda ada beberapa tahap yang dilakukan diantaranya yaitu mapag panganten. Mapag dalam bahasa Indonesia artinya menjemput atau menyambut, dan panganten dalam bahasa Indonesia artinya pengantin, yang berarti dapat diartikan sebagai upacara menyambut pasangan. Dalam adat Sunda keluarga dari pengantin pria yang dijemput atau disambut atau juga di-mapagkeun oleh keluarga pengantin wanita.
Ternyata tradisi mapag ini sudah ada sejak tahun 1920an. Sekitar tahun 1920-an tradisi upacara perkawinan adat Sunda masih terdapat di area Pendopo Kabupaten. Tradisi yang dilakukan saat itu pun masih mengikuti adat kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang. Tradisi mapag ini dari sejak dulu tahapannya sama seperti Mapag yang dilakukan dalam pernikahan adat Sunda sekarang, yang mana sebelum pelaksanaan akad nikah disajikan terlebih dahulu upacara penyambutan calon pengantin pria yang diadakan dalam bentuk arak - arakan.
Dalam proses arak - arakan ini terdapat beberapa kesenian yang ditampilkan untuk menyambut pengantin pria. Diantaranya ada panayangan yang merupakan pemain musik yang mengiringi jalannya acara mapag pangenten, pemainnya terdiri dari pemain alat musik suling, degung, rebab, kecapi, bonang, kulanter, jengglong, saron, gambang, panerus. goong, dan kendang. Lalu ada lengser/abah dan ambu lengser/nini, merupakan seorang yang digambarkan sebagai lelaki tua yang menggunakan pakaian khas Sunda dan tampil jenaka di hadapan banyak orang. Pada zaman dulu, aki/ambu lengser ini ialah orang - orang pesuruh kerajaan.
Selanjutnya ada pembawa payung agung seorang lelaki yang menggunakan iket Sunda, menggambarkan kesan pria gagah. Ditemani dengan punggawa atau prajurit penjaga yang menjaga pengantin pria selama proses mapag panganten berjalan. Lalu ada pamayang, ialah penari yang dirias cantik dengan pakaian tradisional khas Sunda bersama dengan penari batara tama dan batari sinta yang merupakan tarian persembahan berpasangan yang ditarikan oleh mojang dan jajaka yang tampan dan cantik, dalam tarian ini menggambarkan keabadian cinta dari pengantin kepada penonton.
Banyak nilai yang menjadi simbol dari mapag panganten ini, mulai dari adanya proses seserahan yang menyimbolkan komitmen dari keluarga pasangan, ritual dan doa yang menjadi simbol akan kelancaran serta kesuksesan acara pernikahan yang berlangsung. Lalu adanya jamuan dengan musik dan tarian yang menyimbolkan kemeriahan pernikahan yang dilaksanakan serta bentuk penghormatan bagi pengantin pria yang datang untuk menghalalkan pengantin wanita.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.