Beranda Sejarah dibalik Agama Islam Masuk ke Kerajaan Galuh
ADVERTISEMENT

Sejarah dibalik Agama Islam Masuk ke Kerajaan Galuh

3 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Sejarah dibalik Agama Islam Masuk ke Kerajaan Galuh (source:historyofciberon.id)

Islam mulai menggantikan pengaruh Hindu-Buddha di Kerajaan Sunda Galuh yang merupakan bagian dari kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan Pajajaran.

Sebelum Islam masuk, wilayah Kerajaan Sunda Galuh didominasi oleh agama Hindu dan Buddha. Ketika Pakuan Pajajaran jatuh akibat proses Islamisasi Kesultanan Banten pada 1579, pengaruh Hindu-Buddha mulai melemah.

Imbasnya, para penguasa Sunda yang berada pada naungan pakuan Pajajaran kembali terpecah. Mereka mulai membangun pemerintahan di tempat asalnya masing-masing, dengan harapan dapat kembali menghidupkan kekuatan Sunda seperti sedia kala. 

Proses masuknya Islam di Galuh melalui kedua jalur. Pertama, pada abad Abad ke-14, melalui Bratalegawa. Bratalegawa, adalah bangsawan Galuh, yang melakukan perjalanan dagang ke luar negeri hingga ke Gujarat, India. Di sana ia menikah dengan perempuan Muslim dan kemudian memeluk Islam.

Baca juga: Sejarah Singkat Kerajaan Galuh: Dari Pendirian hingga Warisannya

Setelah kembalinya ke Galuh pada 1337 masehi ia mencoba untuk memperkenalkan Islam. Namun, ia gagal karena masyarakat Galuh masih kuat pada ajaran Hindu-budha. 

Jalur kedua, Abad ke-15 - ke-16, melalui Kawasan Pesisir. Islam berkembang di daerah pesisir seperti Cirebon dan Banten, kemudian menyebar ke pedalaman Sunda, termasuk Galuh.

Proses ini terjadi lewat, perkawinan politik antara bangsawan pesisir dan pedalaman, perdagangan antarwilayah, juga pengaruh ulama serta kerajaan Islam pesisir.

Seperti Cirebon menjadi salah satu pusat penting penyebaran Islam ke wilayah Galuh. Kisahnya dimulai ketika Ujang Ngekel, yaitu putra mahkota Galuh jatuh cinta kepada putri Maharaja Kawali bernama Tanduran di Anjung. 

Tetapi cintanya tidak mendapat restu penguasa Kawali karena ia masih menganut Hindu, sementara Kawali sendiri telah sepenuhnya Islam. Akhirnya demi cinta, ia rela masuk ke agama islam 

Setelah masuk Islam, akhirnya Ujang Ngekel menikahi Tanduran di Anjung. Namun, itu belum jadi pengaruh besar dari penyebaran agama Islam. Bahkan ketika ia naik takhta, dengan gelar Prabu Galuh Permana, menggantikan Prabu Sanghyang Cipta, Islam belum berkembang. 

Islam baru berkembang pesat saat masa Adipati Panakean, putra Prabu Galuh Permana. Terutama setelah Mataram berhasil merangsak ke Galuh, dan secara luas ke Tatar Sunda.

Islamisasi Pertama 

Sebelum masuknya Cirebon dan Mataram, upaya islamisasi di Galuh telah lebih dahulu dilakukan oleh rakyatnya sendiri. Dilansir dari historia.id, upaya itu datang dari putra kedua Raja Galuh, Bratalegawa, yang kemudian mendapat gelar Haji Purwa. 

Ketika sedang berdagang di India, Bratalegawa banyak berinteraksi dengan para pedagang Arab yang beragama Islam. Lamanya interaksi dengan pedagang Arab adanya ketertarikan ia mempelajari Islam. Bratelegawa kemudian menikahi seorang wanita Muslim dari Gujarat, Farhana binti Muhammad. 

Lalu, keduanya pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji. Dari Mekah, Haji Purwa bersama keluarganya pergi ke Jawa Barat. Mereka tiba di Galuh pada 1337 M. Dan disanalah Haji Purwa mencoba untuk menyebarkan agama Islam mulai dari keluarganya sendiri. 

Baca juga: Fakta Menarik Tentang Kerajaan Galuh

Namun upaya nya gagal. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari pusat kerajaan. Ia memilih tinggal di Caruban Girang (Cirebon Girang). Disana ia perlahan menyebarkan agama islam dan tidak adanaya kesulitan. Karena penduduk di sana sudah banyak berinteraksi dengan para pedagang Muslim.

Setelah keruntuhan Pajajaran, Galuh sempat menjadi wilayah semi-merdeka sebelum akhirnya masuk dalam pengaruh Kerajaan Mataram Islam pada akhir abad ke-16. Hubungan politik dengan Mataram mendorong para penguasa lokal untuk menerima Islam sebagai bagian dari penyesuaian terhadap kekuasaan baru yang berhaluan Islam.

Galuh mengalami transformasi besar baik secara politik, budaya, maupun spiritual. Islam secara perlahan menggantikan sistem kepercayaan lama, dan masyarakat Galuh mulai membangun identitas baru yang memadukan nilai-nilai Islam dengan tradisi Sunda.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.