Sejarah Getuk, dari Penganan Pengganti Nasi hingga Jajanan Tradisional yang Kaya Akan Filosifi

Sejarah Getuk, dari Penganan Pengganti Nasi hingga Jajanan Tradisional yang Kaya Akan Filosifi

Ragam olahan kue tradisional tidak pernah lepas dari ciri khasnya yang otentik dan cita rasanya yang bervariasi. Seperti halnya Getuk, salah satu jajanan tradisional yang selalu dijajakan di setiap toko kue pasaran. Bahkan hingga kini, olahan singkong ini, seakan tidak pernah redup dan tetap menjadi makanan favorit bagi semua kalangan.

Dilihat dari sejarahnya, kemunculan Getuk berawal dari krisis pangan yang terjadi pada masa penjajahan Jepang. Pada saat itu, warga pribumi kekurangan beras sebagai kebutuhan pokok, sehingga mereka mengolah singkong untuk dijadikan sebagai menu utama, karena hanya singkong dan umbi-umbian yang ditemukan hampir di setiap rumah.

Eksistensi singkong pada masa itu mengalami peningkatan yang tinggi. Masyarakat mulai berinisiatif mengolah singkong menjadi berbagai olahan makanan. Getuk pada awalnya dibuat sangat sederhana. Mulai dari mengkukus singkong, lalu diambil serat tengahnya. Kemudian singkong tersebut ditumbuk dengan halus dan diberi rasa manis atau asin. Konon, nama Getuk sendiri berasal dari bunyi "Tuk! tuk!" dari suara lesung yang berulang saat menumbuk singkong setelah direbus. 

Sejak saat itu, olahan singkong dipercaya sebagai makanan penyelamat saat masa krisis dan melahirkan banyak filosofi. Getuk salah satunya, diyakini masyarakat zaman dulu sebagai simbol kesederhanaan dan bentuk rasa syukur atas pemberian dari Tuhan. 

Hingga saat ini, Getuk memiliki banyak varian hingga bentuk dan warna yang beragam. Getuk juga kerap kali disajikan di acara-acara resmi dalam penyambutan, atau bahkan ritual tradisional yang masih melekat di masyarakat. Toko-toko kue modern juga banyak yang menyajikan Getuk sebagai menu pilihan yang tak pernah sepi pelanggan. 






Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.