Beranda Tjitak Boekendepot Garoet, Percetakan Buku Garut di Masa Hindia Belanda

Tjitak Boekendepot Garoet, Percetakan Buku Garut di Masa Hindia Belanda

3 minggu yang lalu - waktu baca 1 menit
Ilustrasi

Sistem sekolah modern dan pemerataan pendidikan mulai meningkat di kawasan Hindia Belanda di abad ke-19. Angka membaca dan menulis sudah sangat meningkat sehingga pada masa tersebut membaca buku menjadi sebuah trend. Meluasnya akses pendidikan maka terdapat satu bisnis yang meningkat, yakni bisnis percetakan buku.

Bisnis percetakan buku milik kaum pribumi di Hindia Belanda mulai menjamur pada abad 19, bisnis percetakan pribumi ini juga turut andil terhadap penyebaran pendidikan karena mereka mencetak buku menggunakan bahasa daerah sehingga banyak buku yang bisa dibaca oleh masyarakat.

Sebelumnya, akses terhadap buku sangatlah sulit karena buku yang beredar di Hindia Belanda sebagian besar menggunakan bahasa Belanda dan Jerman.Salah satu percetakan buku pribumi yang turut andil dalam meluaskan akses pendidikan melalui bahan bacaan adalah Tjitak Boekendepot Garoet.

Tjitak Boekendepot Garoet tidak hanya mempublikasikan buku berbahasa sunda dan melayu, mereka juga turut menjual buku-buku berbahasa Belanda dan Jerman. Tjitak Boekendepot Garoet juga menerbitkan kamus Sunda - Belanda dan kamus Melayu - Belanda untuk para pelajar HIS. Selain itu, pemilik Tjitak Boekendepot Garoet , M. Engkawidjaja mencetak buku karangannnya sendiri yang berjudul “Tjarios Enden Djadja” yang di mana buku ini dijadikan sebagai bahan bacaan di sekolah lokal di Garut.

 

 

Sumber : Colonial Print Culture : Sundanese Book Publishing in the Dutch East Indies in the Early Twentieth Century - Mikihiro Moriyama 

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.