Beranda Tradisi Kawih Sebagai Sastra Sunda yang Menyuarakan Kedekatan Manusia dengan Alam
ADVERTISEMENT

Tradisi Kawih Sebagai Sastra Sunda yang Menyuarakan Kedekatan Manusia dengan Alam

16 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Tradisi Kawih Sebagai Sastra Sunda yang Menyuarakan Kedekatan Manusia dengan Alam. (Source: Pixabay/@triyugowicaksono)

Di budaya Sunda, karya seni lisan seperti kawih tidak hanya sekadar lagu atau pengiring hiburan, melainkan ekspresi mendalam tentang hubungan antara manusia dan alam, yang tercermin dalam Sastra Sunda. 

Lewat lirik, irama, dan konteks tradisinya, kawih menjadi media untuk menyampaikan kearifan lokal, nilai-kesyukuran, hingga harmoni ekologis. Sastra sunda berupa kawih ini terkait erat dalam mewakili identitas budaya Sunda.

Penggunaan kawih dalam sastra Sunda juga menunjukkan bahwa seni suara masyarakat Pasundan sudah sejak lama mengandung elemen puisi, musik, dan filosofi kehidupan. Menurut penelitian, naskah-naskah kuno seperti Sanghyang Siksakandang Karesian mencatat istilah kawih sebagai salah satu bentuk nyanyian atau lagu tradisional di tatar Sunda sejak abad ke-16. Dengan demikian, kawih bukan hanya warisan seni tapi juga bagian dari sastra lisan dan kesusastraan Sunda yang patut dilestarikan dan ditegakkan relevansinya dalam kehidupan modern.

Secara terminologi, kawih dalam konteks Sunda adalah lalaguan atau nyanyian Sunda yang tidak terikat oleh aturan ketat seperti yang berlaku pada pupuh atau tembang. Meski bebas dalam struktur, kawih tetap memuat unsur-unsur sastra seperti diksi, imaji, gaya bahasa serta irama atau wirahma suara. Sebagai bagian dari sastra Sunda, kawih menunjukkan bahwa lagu dan puisi lisan bisa menyatu dalam bentuk ekspresi budaya yang khas.

Baca Juga: Mitos Kayu Jengkol ala Orang Sunda: Hindari Rumah dari Bahaya Maling!

Kawih sebagai Ekspresi Harmoni Alam dan Manusia dengan Perannya Sebagai Sastra Sunda

Kawih kerap mengangkat tema alam berupa hutan, gunung, sungai, embun pagi serta pengalaman manusia yang hidup berdampingan dengannya. Kawih juga biasa disebut lantunan harmoni alam dan manusia yang menyampaikan kesadaran akan kelestarian lingkungan dan relasi manusia terhadap alam sekitar. Dengan demikian, kawih bukan sekadar hiburan, melainkan medium refleksi dan penyampaian nilai-kearifan yang tersimpan dalam sastra Sunda.

Sebagai bagian dari sastra Sunda, kawih memiliki peran penting dalam warisan budaya, pendidikan, dan identitas. Naskah-naskah kuno mencatat kawih sebagai elemen sastra lisan yang sudah berkembang sejak era tradisional. Selain itu, kawih menjadi materi pembelajaran dalam pendidikan kesenian dan budaya Sunda. Peran ini menegaskan bahwa kawih memadukan aspek estetika, literasi budaya, dan kearifan lokal dalam sastra Sunda.

Baca Juga: Kerajinan Khas Sunda yang Unik dan Cocok Jadikan Cinderamata

Meskipun kaya nilai budaya, kawih menghadapi tantangan di era modern dengan minat generasi muda yang berkurang, dominasi media populer, serta kurangnya dokumentasi audio-visual untuk beberapa jenis kawih kuno.

Namun di sisi lain, peluang muncul melalui pendidikan formal, digitasi arsip budaya, dan revitalisasi dalam pertunjukan kesenian lokal. Dengan mendukung pelestarian kawih, kita ikut menjaga keberlanjutan sastra Sunda dan memperkuat identitas budaya daerah.

Kawih dalam sastra Sunda merupakan warisan budaya yang memadukan nyanyian, puisi, harmoni manusia-alam, dan nilai kearifan lokal. Dengan memahami definisi kawih, peranannya dalam sastra Sunda, serta relevansinya dalam konteks modern, kita dapat menghargai dan ikut melestarikan tradisi yang tak hanya estetis tetapi juga bermakna secara sosial dan ekologis.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.