Transformasi Sosial dan Budaya Tatar Sunda di Era Reformasi


Tatar Sunda, sebagai salah satu kawasan budaya yang kaya akan sejarah di Indonesia, memainkan peran penting dalam peristiwa-peristiwa yang mengarah pada Era Reformasi di akhir 1990-an. Wilayah yang mencakup sebagian besar Jawa Barat ini dikenal dengan semangat kemandiriannya serta keterlibatannya dalam berbagai gerakan sosial dan politik sejak zaman kolonial hingga masa modern.

Pada akhir 1990-an, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang parah, disertai ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Di tengah situasi tersebut, Tatar Sunda, khususnya kota Bandung, menjadi salah satu pusat gerakan reformasi yang didorong oleh semangat mahasiswa dan masyarakat.

Mahasiswa dari berbagai universitas di Bandung, seperti Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), mulai turun ke jalan untuk menyuarakan tuntutan reformasi. Gerakan ini dimulai dengan tuntutan-tuntutan ekonomi seperti penurunan harga sembako, namun seiring dengan waktu dan ketidakpedulian pemerintah terhadap aspirasi rakyat, tuntutan tersebut berkembang menjadi desakan untuk mengakhiri kekuasaan Soeharto.

Puncak dari gerakan reformasi di Tatar Sunda ditandai oleh serangkaian aksi demonstrasi besar-besaran yang berlangsung di Kompleks Gedung Sate dan Lapangan Gasibu, pusat kegiatan politik di Bandung. Ribuan mahasiswa berkumpul, menyatukan kekuatan mereka untuk menuntut perubahan mendasar dalam pemerintahan. Peran mahasiswa sebagai "moral force" kembali menonjol, mengingatkan akan sejarah panjang perjuangan pemuda Tatar Sunda dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Beberapa peristiwa bentrokan antara aparat keamanan dan para mahasiswa yang belangsung pada minggu pertama dan ke- dua bulan Mei, antara lain, pertama, bentrokan yang ber- langsung di Kampus Pusat Unpad di Jalan Dipati Ukur 35 Bandung pada hari Sabtu, 9 Mei 1998. Dalam bentrokan ini etidaknya 30 orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung mengalami luka-luka dan harus dirawat di rumah sakit. Dari jumlah tersebut, 20 orang di antaranya dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Bottomeus Bandung. Kedua, bentrokan yang terjadi di kampus Universitas Juanda Bogor. Meskipun demikian, semangat reformasi di Tatar Sunda tidak surut. Gerakan ini, bersama dengan aksi-aksi serupa di berbagai daerah lain di Indonesia, akhirnya memaksa Soeharto untuk mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, menandai berakhirnya Orde Baru dan dimulainya era reformasi.

Era reformasi membawa harapan baru bagi masyarakat Tatar Sunda, dengan dimulainya proses demokratisasi dan desentralisasi yang memberikan ruang lebih besar bagi daerah untuk mengelola sumber daya dan kebudayaannya sendiri. Bagi Tatar Sunda, era ini bukan hanya tentang perubahan politik, tetapi juga tentang bagaimana masyarakatnya kembali menemukan dan memperkuat identitas serta peran mereka dalam Indonesia yang baru.

 

 

 

 

Sumber : "Sejarah Tatar Sunda Jilid 2" 

Karya : (Nina H. Lubis, dkk.)


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka