Upacara Adat Siraman dan Ngalungsur Geni dari Desa Dangiang Kecamatan Banjarwangi


[Illustration : kebudayaan.kemdikbud.go.id]

Upacara adat siraman dan ngalungsur geni yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Dangiang, Kecamatan Banjarwangi yang dilaksanakan setiap tanggal 14 bulan Maulud. Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan juga sebagai bentuk penghormati kepada leluhur dan peninggalannya yang merupakan benda-benda pusaka.

Masyarakat Dangiang sejak dahulu hingga saat ini rutin melaksanakan upacara adat siraman dan ngalungsur geni, mereka percaya bahwa jika mereka tidak melaksanakan upacara adat ini maka mereka akan mendapatkan bencana seperti gagal panen ataupun kemalangan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan di dalam upacara adat tersebut tentu saja mengandung nilai dan makna mencuci dan meneruskan kesaktian yang dimiliki oleh benda-benda pusaka tersebut.

Upacara adat ini biasanya di adakan di hari senin di bulan Maulud. Masyarakat Dangiang percaya bahwa hari senin adalah hari yang baik karena hari senin merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Apabila upacara tidak dilaksanakan di hari senin maka upacara adat ini dapat dilaksanakan di hari kamis.

Terdapat lima tahapan dalam upacara adat ini yakni ngalirap atau membuat pagar, membuka sejara desa, ziarah kubur, mencui benda-benda pusaka serta proses hantaran tuang. Sebelum melaksanakan rangkaian upacara adat masyarakat membuat pagar baru di area Joglo dan para masyarakat bergotong royong membersihkan masjid, jalan dan makam.

Kemudian malam hari sebelum pelaksanaanya masyarakat berkumpul di Joglo untuk mendengarkan sejarah Desa Dangiang yang diceritakan oleh Kuncen desa, acara malam tersebut ditutup dengan pengajian bersama masyarakat desa. Di hari pelaksanaannya masyarakat Desa Dengiang pergi ke makam leluhur Eyang Batara Turus yang dipercaya sebagai leluhur pendiri Desa Dangiang, kemudian mencuci benda-benda pusaka peninggalan leluhur di aliran Sungai Cidangiang.

Setelah membersihkan benda-benda pusaka masyarakat-pun membersihkan Joglo atau tempat penyimpanan benda-benda pusaka .Disekitar joglo disediakan sesajen yang dianggap sebagai perantara yang menghubungnkan masyarakat Desa Dangiang dengan para leluhurnya. Setelah menyelesaikan proses bebersih joglo masyarakat Dangiang melaksanakan hantaran tuang dan melakukan doa bersama.

Upacara adat siraman dan ngalungsur geni ini sudah disiapkan seminggu sebelum puncak acara, seminggu sebelumnya wakil masyarakat, wakil kuncen dan tokoh masyarakat berkumpul untuk bermusyawarah mengenai proses pelaksanaan upacara dan biaya upacara. Hasil musyawarah ini kemudian diumumkan kepada masyarakat melalui pengeras suara di Masjid.

Upacara ini dilaksanakan dengan memanfaatkan masyarakat sekitar dan sumbangan acara diserahkan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Upacara adat siraman dan ngalungsur geni ini memiliki makna religius dan sakral dalam kehidupan masyrakat Desa Dangiang.

 

Sumber : Ani Rosyati dalam Jurnal Pantajala


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka