4 Fakta Menarik di Balik Film Kontroversial Dirty Vote


Terdapat fakta menarik di balik Film dokumenter kontroversial "Dirty vote" yang mengangkat alur tentang desain kecurangan di Pemilu 2024. Film yang diangkat dengan mengambil momentum pemilu ini memiliki beberapa fakta menarik dibaliknya. 

Berikut 4 fakta menarik Dirty Vote yang sudah dirangkum.

1. Sutradara

Film dokumenter ini disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono. Ia merupakan mantan jurnalis yang kerap melakukan liputan investigasi. Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, ini berhasil meraih sarjana di bidang hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran.

Sebelum film “Dirty Vote”, rumah produksinya "Watchdog" telah merilis film kontroversial lain yang bertajuk “Sexy Killers”. Film ini membahas tentang oligarki yang menggerogoti sistem demokrasi di Indonesia.

Selain itu, sutradara Sexy Killers ini juga mengikuti pelatihan informal di program magang Broadcast Journalist Covering Conflict di Ohio University, Amerika Serikat, pada tahun 2007.

Kemudian pada tahun 2008, Dandhy juga mengikuti kursus pascasarjana di British Council Broadcasting Program di London, Inggris. Pada tahun ini juga, ia mendapatkan pengakuan sebagai jurnalis terbaik oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) atas laporan investigatifnya tentang Munir.

2. Dibintangi Tiga Pakar Hukum Tata Negara

Film Dirty Vote menghadirkan tiga tokoh berlatar belakang pakar hukum tata negara. Mereka adalah Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.

Melalui analisa hukum tata negara terhadap kejadian yang dipercaya sebagai bagian dari kecurangan Pemilu. Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari mengungkap sejumlah perangkat kekuasaan yang dinilai telah digunakan dengan tujuan memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi.

Penggunaan infrastruktur kekuasaan yang kuat, tanpa malu-malu dipertontonkan secara telanjang di demi mempertahankan status quo. Bentuk-bentuk kecurangannya diurai dengan analisa hukum tata negara.

3. Kolaborator

Di akhir penayangan video, dicantumkan nama berbagai pihak yang terlibat, tak terkecuali kolaborator yang memberikan dukungan pada pembuatan film berdurasi 1 jam 57 menit ini. 

Kolaborator tersebut antara lain terdiri dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, dan Fraksi Rakyat Indonesia. Greenpeace Indonesia, Indonesia Corruption Watch, Jatam, Jeda Untuk Iklim, KBR, LBH Pers, Lokataru, Perludem, Salam 4 Jari, Satya Bumi, Themis Indonesia, Walhi, Yayasan Dewi Keadilan, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.

4. Isi Film Dirty Vote yang Kontroversial

Tiga pakar hukum tata negara yang menjadi bintang di film tersebut menyampaikan dengan gamblang berbagai hal terkait desain kecurangan yang ditemukan di Pemilu 2024. Mulai dari ucapan Presiden Jokowi yang berbeda-beda tentang masuknya anak-anaknya ke dunia politik, ketidaknetralan para pejabat publik, wewenang dan potensi kecurangan kepala desa, anggaran dan penyaluran bansos, penggunaan fasilitas publik, hingga bagaimana terjadinya pelanggaran etik di lembaga-lembaga negara.

Dalam video, Feri Amsari mengatakan bahwa sebagian besar rencana kecurangan yang terstruktur sistematis dan masif untuk mengakali Pemilu itu sebenarnya disusun bersama, tidak di desain dalam semalam, juga tidak di desain sendirian. Mereka adalah kekuatan yang selama 10 tahun terakhir berkuasa bersama. Ungkap Feri Amsari.

Itu dia 4 fakta menarik seputar film Dirty Vote.

Dandhy Laksono selaku sutradara “Dirty Vote” menegaskan bahwa tujuan film ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat di masa tenang pemilu. Ia mengajak setiap individu untuk menonton film ini sebagai bentuk partisipasi warga negara yang peduli terhadap proses demokrasi.***


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka

  • Oleh Infogarut
  • 23, Apr 2024
Tahapan Pilkada Kabupaten Garut 2024