Beranda Ada Mitos Orang Sunda Tidak Boleh Menikah dengan Orang Jawa, Kenapa Ya?

Ada Mitos Orang Sunda Tidak Boleh Menikah dengan Orang Jawa, Kenapa Ya?

1 hari yang lalu - waktu baca 2 menit
Ilustrasi: Freepik

Di tengah keberagaman budaya Indonesia, hubungan antara suku Jawa dan Sunda kerap menarik perhatian, terutama ketika membahas isu sensitif: "mengapa orang Jawa tidak boleh menikah dengan orang Sunda?" Meski terdengar seperti larangan mutlak, kenyataannya isu ini lebih kompleks dan memiliki akar sejarah panjang.

1. Asal Mula: Luka Sejarah Perang Bubat

Keyakinan bahwa orang Jawa dan Sunda sebaiknya tidak menikah seringkali dikaitkan dengan Perang Bubat, sebuah tragedi yang terjadi pada abad ke-14. Kala itu, Raja Hayam Wuruk dari Majapahit (Jawa) ingin menikahi Putri Dyah Pitaloka dari Kerajaan Sunda.

Namun, Gajah Mada seorang patih Majapahit, menghendaki pernikahan itu sebagai bentuk penaklukan politik, bukan sekadar perjodohan antarkerajaan. Akibat kesalahpahaman ini, rombongan Kerajaan Sunda merasa terhina dan terjadilah bentrokan yang menewaskan keluarga kerajaan Sunda, termasuk sang putri.

Tragedi Bubat meninggalkan trauma kolektif, terutama di kalangan masyarakat Sunda, dan membentuk stereotip negatif terhadap pernikahan antara dua suku ini. Walau peristiwa tersebut sudah ratusan tahun berlalu, bayangannya masih terasa dalam memori budaya.

2. Budaya dan Nilai yang Berbeda

Orang Jawa dan Sunda memiliki gaya hidup dan nilai budaya yang berbeda.

  • Orang Jawa dikenal dengan gaya komunikasi yang cenderung halus, penuh unggah-ungguh, dan hierarkis.

  • Sementara orang Sunda lebih dikenal sebagai pribadi yang santai, terbuka, dan egaliter.

Perbedaan ini bisa memicu gesekan dalam rumah tangga jika tidak dibangun dengan pemahaman dan kompromi. Oleh karena itu, sebagian keluarga, terutama generasi tua, masih menyimpan kekhawatiran bahwa perbedaan budaya bisa mempersulit keharmonisan pernikahan.

3. Dari Mitos Jadi Stigma Sosial

Larangan menikah antara orang Jawa dan Sunda tidak tertulis dalam hukum atau agama. Namun, narasi ini sering diwariskan secara turun-temurun, sehingga membentuk mitos sosial. Sayangnya, mitos ini bisa berubah menjadi stigma yang mengekang kebebasan memilih pasangan hidup.

Padahal, banyak pasangan Jawa-Sunda yang menjalani pernikahan harmonis dan sukses, membuktikan bahwa perbedaan latar belakang bukanlah penghalang jika dibangun dengan cinta dan pengertian.

4. Realitas Masa Kini: Batas Itu Mulai Luntur

Generasi muda saat ini cenderung lebih terbuka dan inklusif dalam melihat perbedaan suku dan budaya. Pendidikan, urbanisasi, dan interaksi antarsuku yang semakin luas telah mengikis batas-batas sosial yang dulu dianggap sakral.

Pernikahan antar-suku kini justru dianggap sebagai bentuk kekayaan budaya dan toleransi. Banyak keluarga lintas suku, termasuk Jawa-Sunda, yang mampu meramu nilai-nilai budaya menjadi harmoni baru.

Larangan yang Tak Lagi Relevan?

Pertanyaan "mengapa orang Jawa tidak boleh menikah dengan orang Sunda" sebaiknya dipahami dalam konteks sejarah dan budaya, bukan sebagai aturan yang mengikat. Di zaman sekarang, cinta dan komitmen jauh lebih penting daripada sekat-sekat identitas etnis.

Yang terpenting bukan dari mana Warginet  berasal, tapi bagaimana kamu dan pasanganmu saling menghargai perbedaan dan membangun masa depan bersama.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.