Jawa Barat Jadi Lokasi Proyek Baterai EV Termahal di Dunia, Tembus Rp100 Triliun!
Proyek industri baterai kendaraan listrik (EV) terbesar dan termahal di dunia kini resmi dimulai di Jawa Barat. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa total nilai investasi dari proyek pabrik baterai terintegrasi ini mencapai sekitar 6 miliar dolar AS atau setara dengan Rp100 triliun.
"Total investasinya berada di kisaran 5,9 hingga 6 miliar dolar AS. Jika dikonversi, nilainya sekitar Rp100 triliun," ujar Bahlil saat menghadiri seremoni peletakan batu pertama (groundbreaking) Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Konsorsium ANTAM-IBC-CBL, Minggu, di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang.
Investasi tersebut terbagi ke dalam dua wilayah utama: Karawang menerima porsi sebesar 1,2 miliar dolar AS, sementara sisanya sebesar 4,7 miliar dolar AS ditanamkan di Maluku Utara.
Baca Juga: Miris! Data BPS Sebut 38% Pekerja Indonesia Masih Bergaji di Bawah Rp2 Juta per Bulan
Menurut Bahlil, proyek besar ini akan membuka peluang kerja bagi sekitar 8.000 orang secara langsung, dan bahkan memberikan dampak tenaga kerja tidak langsung bagi 35.000 orang. Dampak ekonominya pun tak main-main, efek berantai dari proyek ini diproyeksikan bisa menumbuhkan ekonomi hingga 40 miliar dolar AS per tahun.
Secara keseluruhan, terdapat lima proyek yang akan dikembangkan di kawasan FHT Halmahera Timur dan satu proyek besar di Karawang. Di Karawang, pabrik baterai akan dibangun di atas lahan seluas 43 hektare dan dikelola oleh PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB).
CATIB adalah sebuah perusahaan patungan antara Indonesia Battery Corporation (IBC) dan CBL, atau anak perusahaan dari raksasa global baterai, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).
Pabrik ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi awal sebesar 6,9 GWh di fase pertama dan meningkat menjadi 15 GWh di fase kedua. Fasilitas ini dijadwalkan memulai operasi komersial pada akhir tahun 2026.
Sementara itu, di Halmahera Timur, kerja sama antara ANTAM dan Hong Kong CBL Limited (HK CBL) menghasilkan pembentukan PT Feni Haltim (PT FHT), yang akan mengembangkan kawasan industri energi baru. Proyek ini mencakup penambangan nikel, pembangunan smelter pirometalurgi dengan kapasitas 88.000 ton refined nickel alloy per tahun (ditargetkan rampung pada 2027), serta smelter hidrometalurgi yang akan memproduksi 55.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun mulai 2028.
Baca Juga: Respons China untuk Pernyataan Trump Umumkan Senjata Iran-Israel
Selain itu, fasilitas di kawasan tersebut juga akan memproduksi bahan katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM) sebanyak 30.000 ton per tahun dan mengelola fasilitas daur ulang baterai yang mampu menghasilkan logam sulfat dan litium karbonat hingga 20.000 ton per tahun pada 2031.
Presiden Prabowo Subianto secara resmi memulai pembangunan proyek ini dengan melakukan peletakan batu pertama di kawasan AIH, Karawang, menandai tonggak penting dalam pengembangan industri baterai dan kendaraan listrik nasional.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.