Bakakak Hayam, Sajian Ayam Khas Masyarakat Sunda Warisan Budaya Tak Benda Indonesia


[Illustration : natural-poultry.com]

Sajian kuliner khas Sunda seringkali menjadi sorotan, salah satunya adalah Bakakak Hayam, hidangan yang memikat dengan cita rasa uniknya. Tak heran jika bakakak hayam menjadi salah satu warisan budaya tak benda asal Jawa Barat yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sejak tahun 2010. 

 

Bentuk ayamnya yang unik seperti orang yang sedang bersila menjadi saya tarik tersendiri. Bakakak merupakan metode memasak dengan cara dipanggang secara utuh diatas api. Biasanya untuk sajian daging domba, ayam, atau sejenisnya yang dibelah dari bagian dada hingga perut  lalu dipanggang. Sajian ini cocok sebagai lauk pauk atau pendamping nasi ditambah dengan sambal dan lalapan. 

 

Sebagian besar orang Sunda makan bakakak hayam untuk pesta adat seperti perkawinan, pengantin sunat, atau kegiatan lainnya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa makanan ini menunjukkan kebersamaan yang terjadi selama upacara atau kegiatan tersebut, yang membuatnya memiliki fungsi sosial. 

 

Biasanya jenis ayam yang digunakan untuk diolah menjadi bakakak adalah jenis ayam kampung jantan. Sebagian orang Sunda menganggap ayam jantan sebagai salah satu binatang penolak bala untuk mencegah roh leluhur mereka mengganggu. Selain itu diharapkan dapat membantu kelancaran berbagai kegiatan dalam kehidupan masyarakat Sunda. 

 

Alat dan bahan utamanya yaitu; ayam kampung , pilahan bumbu, alat memanggang,arang. Ayam yang sudah disembelih kemudian dibersihkan, jerohan isi perut ayam dipisahkan. Semua bumbu seperti kunyit, jahe, ketumbar, bawang putih, bawang merah, garam, penyedap, dihaluskan. Kemudian dilumurkan pada ayam secara merata lalu ayam ditusuk dengan arah tusuk saling silang vertikal dan horizontal dan siap dipanggang sambil diolesi bumbu hingga matang .

Cara penyajiannya dihidangkan dalam piring ceper dengan hiasan di pinggirnya untuk membuatnya lebih menarik. Bisa dimakan sendiri atau ditambahkan ke nasi kuning atau putih. Selain itu, upacara khitanan memiliki jajanan pasar sebagai camilan, sedangkan pernikahan hanya memberi kedua mempelai bakakak hayam.***

 

Sumber: Kemendikbud Indonesia

 

 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka