Beranda Benarkah Air AQUA dari Sumur Bor? Ini Penjelasan Ilmiah dan Fakta di Baliknya
ADVERTISEMENT

Benarkah Air AQUA dari Sumur Bor? Ini Penjelasan Ilmiah dan Fakta di Baliknya

9 jam yang lalu - waktu baca 4 menit
Benarkah Air AQUA dari Sumur Bor? Ini Penjelasan Ilmiah dan Fakta di Baliknya. (Source: Instagram/@sehataqua)

Kualitas air minum sangat ditentukan oleh kondisi kimiawi dan lingkungan geologi di sekitar sumbernya, sebagaimana yang terjadi pada minuman kemasan AQUA. 

Baru-baru ini, perhatian publik tertuju pada temuan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat melakukan inspeksi mendadak ke pabrik PT Tirta Investama (AQUA) di Subang. 

Dalam kunjungannya, Dedi terkejut mengetahui bahwa sumber air yang digunakan perusahaan ternyata berasal dari sumur bor dengan kedalaman sekitar 60–102 meter di bawah permukaan tanah, bukan dari mata air pegunungan seperti yang selama ini diasumsikan.

Dedi kemudian mempertanyakan potensi dampak lingkungan dari pengeboran tersebut, seperti kemungkinan pergeseran tanah atau longsor. Namun, pihak pabrik menjelaskan bahwa air bawah tanah yang mereka ambil memiliki kualitas tinggi, bahkan semakin dalam, airnya dianggap semakin murni. Mereka juga menunjukkan bahwa cadangan air bawah tanah di wilayah itu melimpah sampai-sampai sebagian air yang tidak dapat ditampung harus dibuang karena kualitasnya rendah.

Baca Juga: IHW Soroti Kasus Dugaan Air Sumur Aqua, BPOM dan BPJPH Diminta untuk Bertindak

Menanggapi viralnya sidak tersebut, manajemen pusat AQUA mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam klarifikasinya, mereka menegaskan bahwa produk AQUA tidak berasal dari sumur bor biasa, melainkan dari akuifer dalam, yaitu lapisan air tanah tertekan yang terlindungi secara alami oleh lapisan batuan kedap air.

AQUA menjelaskan bahwa sumber air mereka tersebar di 19 lokasi pegunungan di Indonesia, dipilih melalui sembilan kriteria ilmiah dan lima tahap evaluasi dengan penelitian minimal selama satu tahun. Tim ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti geologi, hidrogeologi, mikrobiologi, dan geofisika turut terlibat dalam proses tersebut.

Setiap pengambilan air, lanjut AQUA, dilakukan berdasarkan izin resmi SIPA (Surat Izin Pengusahaan Air Tanah) dari pemerintah. Selain itu, perusahaan menerapkan sistem pengemasan otomatis tanpa sentuhan manusia untuk menjaga higienitas dan mutu produknya.

Penggunaan AIr dalam Tanah untuk Air Minum Kemasan

Menurut Singgih Irianto, dosen Teknik Geologi Universitas Pakuan, sebagaimana dilansir dari laman Tirto, penggunaan air tanah dalam melalui pengeboran bukanlah hal aneh dalam industri air minum kemasan (AMDK). Ada dua jenis sumber air utama, mata air alami dan air tanah dalam.

“Konsepnya sama seperti air pegunungan, hanya mekanisme pengambilannya berbeda,” jelas Singgih dalam Tirto. 

Ia menambahkan bahwa air tanah dalam lebih dipilih karena kualitas dan kuantitasnya lebih stabil. Namun, prosesnya tidak sederhana karena melibatkan pemetaan hidrogeologi, pengeboran yang hati-hati, serta izin dari berbagai instansi, termasuk Kementerian ESDM dan Kementerian PUPR.

Setelah lokasi dan lapisan akuifer ditentukan, perusahaan wajib melakukan uji pompa untuk mengetahui debit air yang aman diambil tanpa mengganggu air tanah dangkal yang digunakan masyarakat. Pemerintah juga menetapkan batas volume pengambilan serta mewajibkan adanya sumur pantau untuk memonitor dampak lingkungan.

Air tanah dalam dianggap lebih terlindung dari kontaminasi aktivitas manusia dibanding air permukaan. Di sisi lain, mengambil air langsung dari mata air terbuka berpotensi menimbulkan konflik sosial, karena sumber air tersebut sering mengalir ke sawah atau sungai yang digunakan masyarakat.

Selain itu, air tanah yang berasal dari daerah pegunungan vulkanik umumnya kaya mineral alami dan memiliki kualitas yang baik untuk dikonsumsi. Namun, para ahli menegaskan bahwa pengambilan air harus selalu diimbangi dengan konservasi daerah resapan, agar cadangan air tanah tetap lestari.

Baca Juga: 3 Fakta Menarik Pantai Taman Manalusu Garut: Ada Aquarium Raksasa?

Faktor Kesehatan dan Kandungan Kimia Air

Ahli kesehatan masyarakat dari Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan bahwa kondisi kimia air sangat dipengaruhi oleh lingkungan biologis dan geologi sumbernya. Air pegunungan umumnya memiliki pH netral hingga sedikit basa (7–8) karena melalui batuan karbonat yang menambah mineral alami. Namun, air dari sumur bor bisa lebih bervariasi, kadang mengandung zat besi, nitrat, atau bahkan logam berat seperti arsenik jika tanahnya tercemar.

Menurut Dicky, tidak ada jaminan bahwa air pegunungan selalu lebih higienis dibanding air sumur dalam. Kebersihan dan keamanan air sangat bergantung pada perlindungan sumber, kedalaman pengeboran, serta proses pengolahan dan pembotolan.

Perdebatan soal sumber air AQUA membuka pemahaman baru tentang bagaimana industri AMDK bekerja. Baik air dari mata air maupun dari akuifer dalam sama-sama dapat menjadi sumber air minum yang baik asalkan dikelola dengan benar, berizin resmi, dan diuji secara berkala.

Para ahli sepakat bahwa transparansi perusahaan dalam pengelolaan sumber air dan publikasi hasil uji kualitas air sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik dan kelestarian lingkungan. Sebab pada akhirnya, yang paling penting bukanlah seberapa dalam air itu diambil, tetapi seberapa bertanggung jawab cara pengelolaannya.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.