Bentuk Cinta Warga Garut kepada NKRI di Pertempuran Kubang

Bentuk Cinta Warga Garut kepada NKRI di Pertempuran Kubang

Salah satu pembuktian kecintaan masyarakat Garut terhadap NKRI adalah pernah terjadinya pertempuran sengit di Lembah Kubang, sehingga pertempuran itu disebut sebagai pertempuran Kubang. Menggunakan peralatan seadanya yang  terbuat dari bambu runcing. Lembah Kubang, dataran rendah persimpangan jalan Kecamatan Tarogong Kaler, menjadi saksi bisu aksi heroik ratusan warga Garut yang berupaya menghadang serdadu Jepang. Masyarakat Garut lebih memilih mati syahid di medan pertempuran demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Pertempuran ini dipicu terbunuhnya 60 tentara Jepang yang berjaga di Garut Shuko Kusho atau Pabrik Tenun Garut oleh pejuang lokal Garut. Kejadian tersebut terjadi pada 10 Oktober 1945. Informasi proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno-Hatta di Jakarta sudah tersebar hingga pelosok, pihak Jepang pun mengakui kemerdekaan itu.

Mereka sudah menyerahkan diri, termasuk senjatanya. Namun, nafsu balas dendam yang sudah di ubun kepala menutup hari para warga. Mereka membunuh sekitar 60 pasukan Jepang yang berjaga di salah satu PTG. Maksud mereka untuk balas dendam karena kekejaman dan kekejian Jepang saat berkuasa. Informasi pembunuhan menyebar hingga sampai ke telinga petinggi pasukan Jepang di Bandung. Pasukan Jepang marah dan murka. Mereka merencanakan aksi pembalasan dua hari setelahnya. 

 

Pasukan pejuang muda Garut yang dikomandoi oleh Suherman, Salman, Adung, dan Suganda menyusun strategi untuk menghadang kedatangan serdadu Jepang. Rencana penyergapan bermula dilakukan di beberapa tempat, tetapi melihat letak yang strategis, akhirnya dipilih kawasan Kubang untuk menghadang kedatangan pasukan musuh. 

Alasannya, kiri-kanan lokasi tersebut adalah kolam besar dengan latar bukit serta pohon juar yang bisa dijadikan barikade untuk menghadang. Kemudian Suherman mendatangi Bahruddin dan Syakur selaku pemilik lahan dan pohon juar untuk meminta izin. Pemilik lahan tersebut tidak hanya memberi izin saja tetapi juga ikut melakukan penghadangan bersama pejuang lain. Dengan peralatan seadanya, sekitar 100 pemuda gabungan dari wilayah kecamatan Tarogong Kaler, siap melakukan perlawanan. 

Pukul 14.15 WIB pada Jumat siang, ratusan tentara Jepang mengendarai 57 kendaraan, termasuk 15 tank memasuki garut. Namun, karena taktik yang terbilang lemah dengan persenjataan yang sederhana, kekalahan harus diterima oleh masyarakat Garut dengan menewaskan sebanyak 37 nyawa pejuang. 

Untuk mengenang aksi heroik warga Garut itu, dibangun tugu Kubang yang menjadi penanda peristiwa sejarah pertempuran para pejuang Garut melawan serdadu Jepang.

 

Sumber materi : liputan6.com

Sumber foto : liputan6.com/Jayadi Supriadin


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.