Cara Lain Memberikan Nasihat Dengan 5 Sisindiran Sunda Bagian II


Seni berkomunikasi dalam Bahasa Sunda tidak hanya berbicara dengan kata-kata. Sisindiran, gaya sastra khas Sunda, telah berkembang menjadi metode komunikatif yang unik untuk menyampaikan pesan, kritik, atau nasihat. Sisindiran bukan hanya sejenis seni yang penuh komedi dan kebijaksanaan. Berikut ini adalah lima contoh sisindiran Sunda:

 

1. Teu cara keur nginjeumna, mani pikarunyaeun. Lagu mayar mah mani pikasieuneun.

Artinya “tidak seperti saat sedang meminjam, sangat mengkhawatirkan. Saat diminta bayar hutang sangat menakutkan.” Ini adalah sindiran yang cocok digunakan untuk orang yang galak ketika dimintai bayar hutang. 

2. Dina jaman kiwari sélfi diheulakeun, nyiar pangarti dipandeurikeun.

Artinya “di zaman sekarang selfi didahulukan, mencari ilmu diakhirkan”. Kata-kata ini ditujukan untuk pelajar zaman now yang sering mendahulukan selfie. Potret sana potret sini, unggah ke sosial media pamer sesuatu tapi malas belajar. 

3. Teu ngukur ka kujur, teu nimbang ka awak.

Artinya “tidak mengukur kemampuan diri sendiri.” Kata-kata sindiran untuk teman yang tidak percaya diri atau yang melakukan sesuatu yang melampaui kemampuan mereka.

4. Dijieun hulu teu maju, dijieun buntut teu ngépot.

Artinya “dibuat kepala tidak maju, dibuat jadi ekor juga tidak mengikuti.” Sindiran buat orang yang tidak produktif dan susah diajak kerja sama tim. 

5.  Luar léor teu puguh cekeleunana.

Artinya “tidak konsisten/ tidak bisa dipegang kata-katanya.” Sindiran ini ditujukan untuk orang yang suka mempermainkan orang lain dan tidak bisa memegang kata-katanya sendiri.***

 

Sumber: sundapedia.com

 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.