Cigawiran, Seni Tembang Sunda Khas Selaawi yang Lahir dari Rahim Pesantren

Cigawiran, Seni Tembang Sunda Khas Selaawi yang Lahir dari Rahim Pesantren

Seperti Cianjur yang memiliki Cianjuran, Garut juga punya tembang Sunda bernama Cigawiran, seni suara kuno yang lahir di lingkungan pesantren.

Tembang Cigawiran merupakan produk seni budaya hasil akulturasi antara agama Islam dengan budaya lokal. Istilah "Cigawiran" sendiri berasal dari nama Desa Cigawir, Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut.

Menurut sejarahnya, kesenian ini berkembang di lingkungan pesantren sebagai salah satu kebiasaan para santri di saat-saat luang sehabis mengaji. Syair-syair dari tembang ini, biasanya berisi pesan-pesan dakwah, kritik sosial, dan wejangan yang bersifat humoristis.

Konon, tembang ini pertama kali dikembangkan oleh seseorang bernama Raden Haji Djalari pada tahun 1713. Ia adalah salah seorang yang piawai dalam ilmu agama Islam dan mahir dalam kesenian Sunda, khususnya kesenian tembang.

Setelah belajar agama dari beberapa pesantren di Jawa Timur, Raden H. Djalari mendirikan pesantren di tempat kelahirannya di desa Cigawir. Raden Haji Djalari menggunakan seni tembang Sunda ini sebagai sarana dakwah, dengan lantunan suara yang khas dan nada yang indah.

Secara historis, tembang Cigawiran memiliki ciri khas yang berbeda dari tembang-tembang Sunda lainnya. Karena selain memiliki cengkok dan karakter yang khas, Cigawiran juga sangat kental dengan nuansa Islaminya.

Dalam praktiknya, tembang ini tidak hanya menyampaikan nilai-nilai agama Islam, tetapi juga unsur budaya dan tata krama Sunda yang dipenuhi pesan-pesan kehidupan. Sementara di beberapa tradisi, masyarakat sekitar menjadikan tembang ini sebagai lagu perjalanan rombongan pengantar jenazah menuju rumah duka.

Hingga saat ini, tradisi Cigawiran diwariskan kepada panerus H. Djalari dari generasi ke generasi. Sedangkan wilayah perkembangan Cigawiran ini masih berada di pesantren-pesantren Cigawir, sebagai media yang mewadahi, menjaga, melestarikan tradisi seni khas Islam Sunda-Nusantara ini.

 

 


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.