ADVERTISEMENT
Beranda Kang Dedi Mulyadi dengan Kontroversinya di Bidang Pendidikan

Kang Dedi Mulyadi dengan Kontroversinya di Bidang Pendidikan

6 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Kang Dedi Mulyadi dengan Kontroversinya di Bidang Pendidikan

Lagi-lagi Kang Dedi Mulyadi (KDM) melemparkan gagasan yang mengguncang kenyamanan banyak orang tua dan pendidik. Kali ini, ia menyentil paradigma yang selama ini dianggap sakral: Bahwa belajar cukup dilakukan di sekolah, sementara rumah adalah tempat istirahat.

Menurut KDM, rumah seharusnya bukan hanya menjadi tempat anak pulang, tapi juga tempat di mana jiwanya tumbuh. Sekolah bisa mencerdaskan pikiran, tapi karakter anak lebih banyak dibentuk lewat nilai-nilai yang ia temui setiap hari di rumah: Cara orang tua bicara, menyikapi masalah, memperlakukan orang lain.

Gagasan ini bisa jadi terdengar biasa, bahkan klise. Tapi dalam praktiknya, banyak rumah hari ini yang absen dari peran mendidik. Anak-anak dibiarkan tumbuh sendiri, bahkan seringkali orang tua lebih menyerahkan pendidikan moral sepenuhnya kepada guru, sekolah, atau lingkungan.

Sekolah Jam 7 dan Wacana Jam Malam

Tak berhenti di situ, KDM juga menggagas agar sekolah dimulai pukul 7 pagi. Sebuah kebijakan yang langsung menimbulkan pro dan kontra. Bagi sebagian orang tua, ini menyulitkan logistik keluarga. Namun KDM mengaitkannya dengan pembentukan kebiasaan dan kedisiplinan anak, termasuk soal waktu istirahat.

Jika anak harus masuk jam 7, maka perlu ada kebijakan jam malam: batas waktu aktivitas anak di luar rumah. Ini bukan soal membatasi kebebasan, tapi melindungi hak anak untuk mendapatkan waktu istirahat yang cukup, tidur yang layak, dan rutinitas hidup yang sehat.

Sebagian menyebut ini kaku, bahkan tidak relevan. Tapi kalau dilihat dari sisi psikologi perkembangan, anak-anak yang memiliki struktur waktu yang stabil dan dukungan dari rumah cenderung memiliki kontrol diri dan performa belajar yang lebih baik.

Baca Juga: Catat! Desa Kotor dan Abai Lingkungan Tak Akan Dapat Bantuan Keuangan, Tegas Dedi Mulyadi

Bukan Kontroversi Pertama

KDM bukan tokoh yang asing dari kontroversi. Beberapa pemikirannya yang sempat menuai debat publik antara lain:

Pendidikan tidak harus selalu berbasis gelar. Ia pernah menyatakan bahwa orang tua sebaiknya tidak memaksakan anak untuk menempuh pendidikan tinggi hanya demi status sosial. Pendidikan, baginya, adalah sarana untuk hidup bermanfaat, bukan sekadar ajang kompetisi.

Kembali ke nilai-nilai lokal dan alam. Ia mengajak anak-anak mengenal alam, bertani, atau terlibat dalam kegiatan adat. Menurutnya, kedekatan dengan alam dan kearifan lokal akan membentuk karakter lebih kuat dibanding sekadar hafalan materi sekolah.

Menolak gaya parenting modern yang terlalu permisif. KDM menolak narasi "biar anak berkembang bebas", jika justru menyebabkan anak kehilangan arah. Menurutnya, orang tua tetap harus menjadi kompas nilai di rumah.

Baca Juga: Gebrakan-gebrakan KDM Sejak Dilantik Jadi Gubernur Jabar Per 20 Februari 2025

Pendidikan Bukan Hanya Urusan Sekolah

Wacana-wacana dari Kang Dedi bisa saja diperdebatkan, namun satu hal penting yang perlu dicatat: Ia sedang mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya urusan sekolah. Rumah, orang tua, lingkungan sosial, dan nilai-nilai budaya, semuanya punya andil yang sama besarnya.

Hari ini, mungkin sudah saatnya kita berhenti berpikir bahwa cukup dengan menyekolahkan anak, maka tugas kita selesai.

Karena pada akhirnya, sekolah bisa mencetak siswa pintar, tapi rumahlah yang membentuk manusia yang bijak.

Apakah ide-ide dari Kang Dedi Mulyadi selalu tepat? Belum tentu. Tapi ia berani menyuarakan hal yang sering kita abaikan. Ia mengajak kita berpikir ulang tentang relasi antara rumah, sekolah, dan masa depan anak.

Dan mungkin, dari keberaniannya yang dianggap kontroversial itu, kita bisa memulai diskusi yang lebih jujur tentang masa depan pendidikan anak-anak kita.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.