Cuanki, Makanan Penutup yang Biasa Dinikmati Selepas Terawih


Momen Ramadan rasanya kurang lengkap tanpa kehadiran kudapan penutup yang biasa dinikmati selepas terawih. Karena setelah shalat terawih biasanya kita kembali melanjutkan sesi makan-makan yang tertunda saat berbuka puasa. Nah, salah satu kudapan favorit yang sering dinikmati urang Garut adalah Cuanki. 

Cuanki merupakan makanan sejenis siomay atau bakso tahu yang kering, yang kemudian diberi kuah. Penganan ini merupakan hasil akulturasi dari Budaya Tionghoa yang kemudian disulap menjadi makanan khas Priangan. 

Menurut sejarahnya, penamaan Cuanki berasal dari kata Choan Kie (賺氣) yaitu merek dagang dari penganan Tim Sam (點dimsum) di daerah Jawa Barat pada tahun 80-an. Choan Kie sendiri memiliki arti rezeki, yang merupakan harapan dan berkah bagi segala peruntungan merek dagang satu ini. 

Saat pertama kali cuanki dipasarkan, makanan ini awalnya bernama Bakso Tahu Kuah Choan Kie (賺氣). Namun seiring berjalannya waktu, orang-orang dari beberapa wilayah, seperti Bandung, Garut dan Ciamis mencoba memproduksi dan berjualan sendiri. Mereka kemudian memodifikasi bahan dasar yang awalnya minyak dan daging babi menjadi ikan tenggiri, agar bisa dikonsumsi masyarakat umum khususnya Muslim.

Oleh masyarakat Priangan, Cuanki kemudian dijual dengan menggunakan gerobak panggul sambil berkeliling. Dari sanalah penamaan Cuanki kemudian bergeser ke istilah "Cari Uang Jalan Kaki". 

Di bulan Ramadan, masyarakat kita biasanya menikmati semangkuk Cuanki selepas buka atau sehabis Terawih. Bunyi "Tok! Tok! Tok!" dari pedagang Cuanki seolah menjadi suara khas yang paling ditunggu untuk menikmati kudapan berkuah satu ini.  


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka