Dangding Karya Haji Hasan Mustopa

Dangding Karya Haji Hasan Mustopa

Dangding dalam sajak termasuk ke dalam kategori sajak bermatra. Dangding memiliki aturan baku disetiap lariknya. Larik-larik dangding ini diatur oleh kisi-kisi kematraan. Kisi-kisi kematraan yakni pola yang meskipun tidak diucapkan, menentukan pencerapan atas suku kata sebagai larik sejak bermatra.

Pada dasarnya dangding diciptakan untuk disandungkan oleh yang membacanya. Dangding memiliki bentuk puisi yang disebut sebagai guguritan sehingga terikat oleh susunan aturan baku mengenai melodi khusunya menyangkut jumlah suka kata setiap larik, jumlah larik pada bait dan rima akhir.

Saat ini dangding sudah jarang digunakan oleh para penyair Sunda seperti Riring-Riring Ciawaking karya Wahyu Wibisana, Guguritan Munggah Haji karya Yus Rusyana, Jamparig Hariring karya Dedy Windyagiri, Jaladri Tingtrim karya Dyah Padmini. Salah satu Dangding yang terkenal di masa lalu adalah Dangding Haji Hasan Mustopa. Dangding karya Hajin Hasan Mustopa ini dikenal memiliki jejak mistik, Haji Hasan Mustopa menulis sebanyak 10.000 bait.

Sebagian besar dangding yang di tulis oleh Haji Hasan Mustopa tersimpan di dalam manuskrip yang ada di Belanda tepatnya di Universiteit Bibliotheek dan juga Leidein University. Saat ini dangding karya Haji Hasan Mustapa ini mulai diterjermahkan dari Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia.

Penerjemahan ini dilakukan sebagai sebuah usaha yang dilakukan untuk melestrakian dangding Haji Hasan Mustapa dan dangding sunda lainnya. Di tahun 1970-an sastrawan Sunda yakni Ajip Rosidi pernah menerjemahkan satu dangding yang menceritakan tentang keagamaan. Pada tahun 1980-an diterjemahkan lagi satu danding yang membahas tentang adat istiadat dan kebudayaan Sunda di Tanah Priangan.

 

 


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.