Daya Tarik Dracin Semakin Memuncak, Apakah Bisa Menyaingi Drakor?
Dracin bisa menjadi pesaing serius dengan drakor bagi para penontonnya untuk mencari hiburan dan cerita yang berbeda. Namun perlu waktu lama untuk menyamai drakor dari berbagai aspek.
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena tontonan Asia semakin menguat di Indonesia. Jika sebelumnya dominasi drama Korea (drakor) hampir tak tertandingi, kini muncul pesaing yang mulai mencuri perhatian publik: drama China, atau yang akrab disebut dracin.
Dengan ragam genre yang luas, visual megah, serta cerita yang kerap menyentuh sisi emosional dan budaya, dracin semakin mendapat tempat di hati penonton lokal, terutama generasi muda yang aktif di media sosial. Cuplikan romantis, aksi wuxia epik, hingga drama kolosal klasik, kini kerap berseliweran di linimasa TikTok dan Instagram.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan seperti apakah dracin benar-benar bisa menyaingi dominasi drakor yang sudah lebih dulu mapan dan mengakar dalam budaya populer? Meski masih terbilang baru di puncak perhatian, lonjakan minat terhadap dracin tidak bisa diabaikan.
Baca Juga: 3 FIlm Lokal yang Perdana Tayang di Ajang Internasional ‘Busan International Film Festival’
Faktor‑Faktor yang Membuat Dracin Menarik
Banyak elemen yang menjadi daya tarik dracin; berikut beberapa poin utama:
1. Variasi Genre dan Setting
Dracin tidak hanya menawarkan romansa modern, tapi juga genre seperti sejarah, kolosal, fantasi seperti wuxia dan xianxia, mitologi, dan kombinasi fantasi-politik.
2. Jumlah Episode dan Kedalaman Cerita
Banyak dracin yang memiliki episode lebih banyak misalnya 30‑60 episode dibandingkan rata‑rata drakor yang mendekati 16‑20 episode. Hal ini memungkinkan pembangunan karakter dan plot yang lebih mendalam.
3. Visual, Produksi, dan Kostum
Produksi dracin cenderung semakin baik seperti sinematografi, efek visual, latar kostum yang megah ketika berlatar kerajaan atau kolosal. Elemen estetika menjadi salah satu daya tarik kuat.
4. Aksesibilitas dan Subtitle Bahasa Indonesia
Banyak dracin tersedia di platform streaming legal dengan subtitle bahasa Indonesia, membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat luas.
5. Viralitas di Media Sosial
Cuplikan romantis atau klimaks dari dracin sering dibagikan di TikTok, Instagram, YouTube Shorts, dan sebagainya. Hal ini memicu rasa penasaran yang kemudian mendorong orang untuk menonton seri penuh.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Drakor Tentang Anak Sekolah, Bikin Warginet Jadi Mengenang Masa Muda!
Apakah Dracin Bisa Menyaingi Drakor?
1. Genre dan Variasi Cerita
Dracin memiliki berbagai macam genre dan ragam cerita, seperti setting historis, fantasi, romansa, fantasi epik serta mampu menawarkan nuansa budaya berbeda. Namun beberapa plot terkadang dianggap klise atau ceritanya lambat karena jumlah episode banyak dan adaptasi ke preferensi lokal masih terus berproses.
2. Produksi dan Visual
Makin bagus; kostum megah, efek visual, latar era atau kolosal menarik. Namun produksi besar berarti biaya tinggi; kadang editing atau pacing disorot kurang presisi dibanding drakor di mata sebagian penonton.
3. Popularitas dan Akses
Subjudul Indonesia, platform streaming legal, viral di sosial media yang semakin banyak penonton. Namun persaingan untuk promosi dan marketing belum setara di tingkat global seperti Korea dan konten dracin lebih sedikit mendapat liputan internasional dibanding drakor.
4. Kualitas dan Karakter Cerita
Potensi kedalaman karena lebih banyak episode; karakter bisa berkembang lebih lama. Namun risiko cerita ngelantur atau kehilangan fokus jika episodenya terlalu panjang; juga tantangan menjaga minat penonton sepanjang seri.
5. Rasa Penasaran Penonton
Penonton baru mungkin beralih ke dracin karena munculnya rasa penasaran dari variasi cerita yang diiklankan melalui ads sosial media. Namun penonton setia drakor memiliki loyalitas kuat; perubahan preferensi bukan sesuatu yang instan.
Dracin sudah memuncak dalam popularitas di Indonesia. Namun, untuk menyaingi drakor secara menyeluruh bukan perkara mudah. Drakor memiliki pondasi yang kuat dengan brand global, nilai produksi, eksposur internasional, loyalitas penonton.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.