Doodle Google Hari ini : Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama dari Garut


Raden Ayu Lasminingrat adalah putri dari Raden Haji Moehammad Moesa seorang sastrawan sunda yang lahir di Garut pada 1843. Sejak kecil Raden Ayu harus berpisah dengan keluarganya dan tinggal di Sumedang untuk belajar membaca, menulis dan tentu saja bahasa Belanda. Di Sumedang Raden Ayu Lasminingrat tinggal bersama sahabat ayahnya yang berkebangsaan Belanda yakni Levyson Norman.

Levyson Norman adalah seorang Doktor dalam bidang Hukum yang lulus dari Universitas Leiden, Belanda. Dibawah didikan Levyson Norman, Raden Ayu Lasminingrat belajar baca-tulis dan tentu saja bahasa Belanda. Norman sering memberikan Lasminingrat buku dongeng yang ditulis oleh para penulis Belanda sehingga Lasminingrat fasih berbicara bahasa Belanda. Keahlian Raden Ayu Lasminingrat dalam berbahasa Belanda dipuji oleh Frederik Karel Holle yang juga merupakan sahabat ayahnya.

Selain membaca dan menulis, Lasminingrat mempelajari kebudayaan barat dari Norman, ia juga diajari sosiologi oleh Norman. Beranjak dewasa, Lasminingrat semakin banyak membaca buku-buku dari Eropa, saat itu di Eropa buku-buku mengenai kesetaraan gender tersebar luas hingga pada akhirnya buku mengenai kesetaraan gender ini sampailah di tangan Lasminingrat, Lasminingrat-pun membaca buku mengenai gerakan gelombang feminism di Eropa sehingga buku ini semakin meyakinkannya bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki terutama di dalam bidang pendidikan.

Raden Ayu Lasminingrat bercita-cita untuk memberikan hak pendidikan yang sama kepada perempuan, oleh karena itu ia bertekad untuk terus belajar sehingga ia bisa berbagi lebih banyak. Lasminingrat melanjutkan pendidiknya di Sekolah Eropa yang ada di Sumedang, ketika ia masih sekolah sang ayah berusaha untuk membantu mewujudkan cita-cita Lasminingrat untuk mendirikan sekolah yang muridnya muridnya tidak hanya terbatas pada murid laki-laki saja, murid perempuan-pun bisa bersekolah di sana.

Ketika ia bersekolah di Sekolah Eropa di Sumedang ia menikah dengan Raden Tamtoe Somadiningrat dan dikarunai seorang putri yang diberinama Nyi Raden Aminah Rajapomerat. Namun sang suami yakni Raden Tamtoe meninggal dunia dan Lasminingrat kembali lagi ke Limbangan pada tahun 1879. Setelah kembali ke Limbangan ia mengajar anak-anak. Dalam mengajar anak-anak Lasminingrat menggunakan buku bacaan berbahasa sunda, ia juga mengajari anak-anak pendidikan moral, pendidikan agama, ilmu alam hingga ilmu psikologi. 

 

 

Sumber : Prof. Dr. Nina H. Lubis , Kajian Tentang Perjuangan Raden Ayu Lasminingrat 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka