ADVERTISEMENT
Beranda Tahukah Kamu? Soekarno Hampir Diangkat Menjadi Nabi Loh!

Tahukah Kamu? Soekarno Hampir Diangkat Menjadi Nabi Loh!

5 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Tahukah Kamu? Soekarno Hampir Diangkat Menjadi Nabi Loh!

Sekte ADARI pernah mengangkat Bung Karno sebagai nabi mereka, namun klaim ini ditolak tegas oleh sang proklamator.

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, dikenal sebagai sosok yang kharismatik dan berpengaruh besar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Kepemimpinannya yang kuat dan pesonanya di mata rakyat membuatnya tidak luput dari berbagai bentuk pengkultusan.

Banyak orang meyakini bahwa Soekarno memiliki kekuatan luar biasa, bahkan ada yang menganggapnya sebagai titisan tokoh legendaris seperti Gadjah Mada. Di antara berbagai bentuk pemujaan terhadap Soekarno, salah satu yang paling mencolok adalah munculnya keyakinan yang menganggapnya sebagai nabi.

Kepercayaan ini berasal dari sebuah aliran bernama Agama Djawa Asli Republik Indonesia (ADARI), yang berdiri tak lama setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1946 di Yogyakarta. ADARI merupakan salah satu dari sekian banyak gerakan kebatinan yang tumbuh subur pasca-kemerdekaan, namun dengan keunikan tersendiri: menjadikan Soekarno sebagai sosok spiritual tertinggi.

Pendiri ADARI, Ki S.W. Mangunwidjojo, diyakini mendapatkan “ilham” saat berada dalam tahanan. Dalam perenungannya, ia merasa bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah "menitis" ke dalam diri Soekarno. Dari keyakinan tersebut, ADARI mengajarkan bahwa Soekarno bukan hanya pemimpin negara, melainkan perwujudan Tuhan yang hidup di dunia. Segala ucapan dan tindakannya dianggap sebagai manifestasi kehendak Ilahi.

Baca Juga: 20 Mei Jadi Hari Lahirnya Budi Utomo, Tonggak Awal Pergerakan Nasional Indonesia

Struktur organisasi ADARI bahkan mencerminkan keseriusan sekte ini dalam mengangkat Soekarno ke level kenabian. Mereka memiliki dewan pengurus lengkap, dan beberapa tokohnya secara aktif menyebarkan ajaran tersebut.

Pada dekade 1950-an, ADARI menjadi salah satu sekte yang paling menonjol dalam hal pengultusan terhadap Soekarno, sejajar dengan gerakan serupa lainnya di Pulau Jawa. Meski demikian, Sukarno secara tegas menolak segala bentuk pengakuan yang menyebut dirinya sebagai nabi.

Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, seorang Muslim yang hanya mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai satu-satunya yang berhak disembah.

Penolakan tersebut juga disampaikan secara resmi melalui Kementerian Agama, yang diminta untuk mengawasi dan membatasi penyebaran ajaran semacam itu agar tidak berkembang lebih jauh.

Seiring waktu, ADARI pun menarik kembali klaim kenabian terhadap Sukarno. Meski begitu, mereka tetap menempatkannya dalam posisi sangat tinggi, yakni sebagai pemimpin agung yang dijunjung dalam ajaran mereka.

Perubahan ini diumumkan dalam berbagai kegiatan resmi mereka, termasuk dalam peringatan "Jogja Kembali" pada 1964.

Dalam otobiografinya yang terbit setahun kemudian, Sukarno kembali menegaskan posisinya sebagai manusia biasa. Ia mengakui bahwa dirinya tak luput dari kesalahan, sama seperti manusia lainnya.

Penolakan terhadap pengkultusan ini menunjukkan bahwa meskipun dihormati dan dikagumi, Soekarno tetap ingin dikenal sebagai rakyat biasa yang berjuang demi bangsa dan negara, bukan sebagai sosok suci yang tak tersentuh.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.