Beranda Jejak Soekarno di Garut: Kunjungan Bersejarah yang Penuh Tantangan

Jejak Soekarno di Garut: Kunjungan Bersejarah yang Penuh Tantangan

4 minggu yang lalu - waktu baca 2 menit
Ilustrasi : Nationaal Archief, CC0, via Wikimedia Commons

Garut memang tak pernah kehilangan eksistensinya. Bahkan sejak zaman dahulu, Kota Intan ini sudah beberapa kali disambangi oleh Presiden Pertama sekaligus Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno.

Kunjungannya ke Garut meninggalkan jejak yang penuh memori, baik untuknya maupun bagi rakyat sekitar. Kunjungan-kunjungannya ini tak hanya mempererat hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, namun menjadi momen penting bagi rakyat Garut untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada sang pemimpin negara.

Untuk Warginet ketahui, tahun 1946 menjadi awal kunjungannya ke Garut pasca kemerdekaan. Presiden Soekarno bersama Wakil Presiden, Moh Hatta melakukan perjalanan rahasia menggunakan KLB atau Kereta Api Luar Biasa untuk menuju Yogyakarta dalam urusan politik.

Karena jalur yang digunakannya jalur selatan, rombongan Soekarno pun sempat singgah di Stasiun Cibatu, Garut dan berpidato singkat di sana atas permintaan rakyat sekitar.

Hal itu dimuat dalam beberapa koran berbahasa Belanda di zaman tersebut yakni Nieuwe Courant dan Provinciale Drentsche en Asser Courant.Selepas itu, ditengah upaya pendirian Negara Pasundan oleh mantan Bupati Garut, Uca Soeria Kartalegawa, Soekarno kembali mengunjungi Garut pada 19 April 1947.

Kunjungan ini bertujuan meredam gerakan separatis dan memastikan kesetiaan masyarakat Garut terhadap Republik Indonesia. Rakyat Garut pun menyatakan dukungan penuh mereka kepada pemerintah pusat dan menolak pendirian Negara Pasundan.

Adapun pada tahun 1955, Soekarno kembali melakukan perjalanan ke wilayah Priangan Timur termasuk ke Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya. Kali ini perjalanannya dianggap cukup berisiko karena daerah ini dikenal sebagai basis kelompok Darul Islam (DI) yang dipimpin Kartosuwiryo.

Sebelum kedatangannya, terjadi serangan di wilayah Suci, Garut, di mana sekelompok orang menghancurkan sekitar dua puluh rumah. Meskipun situasinya tidak aman, Soekarno tetap melanjutkan kunjungannya sebagai bentuk keberanian dan komitmennya untuk menjaga persatuan Indonesia di tengah ancaman gerakan separatis. Sejarawan Garut, Warjita, menyatakan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk mempertahankan keyakinan masyarakat terhadap Republik Indonesia di tengah

gempuran DI. Keberanian Soekarno dalam menghadapi situasi berbahaya ini menunjukkan tekadnya dalam mempertahankan kedaulatan negara. Kunjungan tersebut menggambarkan dedikasi Soekarno dalam memastikan dukungan rakyat terhadap pemerintah pusat, meskipun harus menghadapi ancaman keamanan yang nyata.

Terlepas dari perjalanan bahayanya, 16 Desember 1960 Bapak Proklamasi ini kembali menyambangi Garut sekaligus menjadi kunjungan terakhir Soekarno ke Kota Intan ini. Dalam kunjungannya ia didampingi Sang Istri, Siti Hartini Soekarno dan Menteri Luar Negeri, Soebandrio.

Berdasarkan catatan sejarah, kala itu Soekarno menggunakan jalan darat menuju Garut. Ia melintasi kawasan Tarogong Kidul sebelum berpidato di Babancong, dekat Pendopo yang berada di Kecamatan Garut Kota. Soekarno menyebutkan bahwa saat berkunjung, sepanjang jalan dari Cicalengka ke Garut hingga ke Ciamis, ia disambut hangat dan gembira oleh lautan bendera merah putih.

Momen tersebut juga diabadikan dalam film dokumenter yang berjudul “Gelora Indonesia” yang diproduksi pada tahun yang sama. Bahkan, kunjungannya ini tertuang dalam catatannya yang tertulis bahwa Tanah Pasundan menjadi kawasan yang ia cintai hingga ia ingin dikubur di sini.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.