Fakta Menarik tentang Kerajaan Pajajaran dan Prabu Siliwangi


Kerajaan Sunda, yang sering dikenal dengan nama Pajajaran, merupakan salah satu kerajaan bersejarah di Jawa Barat yang memiliki banyak aspek menarik dan kontroversial. Berikut adalah beberapa fakta mengenai Kerajaan Pajajaran dan kepercayaan Prabu Siliwangi:

 

 

 1. Kepercayaan Prabu Siliwangi

Prabu Siliwangi, atau Sri Baduga Maharaja, adalah salah satu tokoh terkenal dari Kerajaan Sunda. Ada perdebatan mengenai kepercayaan agama Prabu Siliwangi. Berdasarkan Prasasti Batu Tulis yang didirikan oleh Prabu Surawisesa, anak dari Sri Baduga Maharaja, Sri Baduga Maharaja meninggal pada tahun 1521 dan jenazahnya diperabukan. Ini menunjukkan bahwa pada saat kematiannya, Sri Baduga Maharaja beragama Hindu. 

 

Namun ada juga bukti sekunder yang mengindikasikan bahwa menjelang akhir hidupnya, Prabu Siliwangi mungkin telah memeluk Islam. Penelitian menunjukkan bahwa pada masa itu, banyak pendatang di Tatar Sunda yang beragama Hindu, Buddha, dan Islam, menunjukkan adanya keberagaman agama dan toleransi di Kerajaan Sunda. Penyebaran Islam di Tatar Sunda sudah dimulai sejak abad ke-14, memperlihatkan interaksi budaya dan agama yang dinamis.

 

 

 2. Nama Kerajaan Sunda dan Pajajaran

Nama yang paling dikenal dari Kerajaan Sunda adalah Pajajaran, tetapi sebenarnya Pajajaran bukanlah nama kerajaan itu sendiri. Nama resmi kerajaan ini adalah Kerajaan Sunda. Pajajaran adalah nama ibukota atau pusat kekuasaan selama masa Sri Baduga Maharaja, yang terletak di wilayah Kota Bogor saat ini. 

 

Robert von Heine-Geldern mengemukakan teori bahwa banyak kerajaan di Asia Tenggara disebut dengan nama ibukotanya karena ibukota dianggap sebagai pusat mikrokosmos yang mewakili seluruh wilayah kerajaan. Oleh karena itu, meskipun nama resminya adalah Kerajaan Sunda, nama Pajajaran lebih dikenal dalam konteks sejarah sebagai nama ibukotanya.

 

 

 3. Penyatuan Kerajaan Sunda dan Galuh

Kerajaan Sunda memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Setelah zaman Tarumanagara, Jawa Barat memiliki dua kerajaan besar, yaitu Galuh dan Sunda. Kedua kerajaan ini pernah bersatu di bawah nama Kerajaan Sunda dengan pusat kekuasaan di wilayah Galuh. 

 

Penyatuan ini terjadi pada masa Raja Sanjaya, yang memerintah setelah Maharaja Trarusbawa. Prasasti Canggal, salah satu sumber primer, menyebutkan bahwa Sanjaya merebut takhta Kerajaan Galuh dari Rahyang Purbasora sekitar sebelum tahun 732 Masehi. Penyatuan ini menunjukkan hubungan yang erat antara Kerajaan Sunda dan Galuh dalam sejarah regional.

 

 

Sumber: Kompas.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka