ADVERTISEMENT
Beranda Mengenal Kerajaan Mandala Dipuntang, di Bayongbong Garut

Mengenal Kerajaan Mandala Dipuntang, di Bayongbong Garut

1 hari yang lalu - waktu baca 2 menit
Mengenal Kerajaan Mandala Dipuntang, di Bayongbong Garut. (Source: Pixabay/@sasint)

Kerajaan Mandala Dipuntang, sebuah kerjaan kecil yang berdiri di kawasan Bayongbong menjadi salah satu simbol penting peradaban lokal di masa pra-Islam.

Di balik keindahan alam Garut yang menawan, tersimpan jejak sejarah masa lampau yang jarang diketahui banyak orang, seperti Kerajaan Mandala Dipuntang.

Di lereng Gunung Cikuray, tepatnya di Bayongbong (yang dahulu dikenal sebagai Panembong), terdapat jejak legenda zaman Hindu-Buddha berupa Kerajaan Mandala Dipuntang, sebuah kerajaan kecil atau "kadaleman" yang memegang peranan penting di wilayah Garut.

Kerajaan yang juga menjadi salah satu perkembangan politik dan budaya masyarakat Sunda kala itu, menjadi tonggak sejarah Garut juga. Kerajaan ini mulai berdiri sekitar abad ke-14 dan dikenal sebagai pusat kekuasaan kecil yang disebut “Nagare” atau “kadaleman”. 

Pusat pemerintahannya terletak di Dayeuhmanggung, lereng Gunung Cikuray, dengan wilayah pengaruh mencakup utara, timur, dan barat gunung tersebut, serta kawasan Panembong dan Singaparna.

Baca Juga: Dayo Kerajaan Sunda Terakhir Part II: Sunda Empire dan Rangga Sasana

Para Pemimpin dan Kaitannya dengan Pajajaran

Pemimpin kerajaan ini disebut nalendra atau raja muda. Sejumlah nama yang tercatat sebagai penguasa adalah Dalem Samaju Tirtapraja, Dalem Lumaju Jayapraja, Dalem Jayakasirigian Wangi, Ratu Maraja Inten Dewata, dan Dalem Cikareo.

Ratu Inten Dewata memiliki keunikan tersendiri karena menikah dengan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Namun, ia memilih tinggal bersama kedua putranya, Raden Ganjur dan Raden Ciekel di Puntang, sementara suaminya menetap di Pajajaran. 

Hubungan ini menunjukkan keterkaitan kuat antara kekuasaan Mandala Dipuntang dengan pusat politik Sunda besar saat itu. Prabu Derma Kingkin, yang tercatat sebagai nalendra terakhir Mandala Dipuntang, memindahkan pusat kekuasaan dari Panembong ke Timbanganten (kini Tarogong).

Ia kemudian mengubah nama kerajaannya menjadi Kerajaan Timbanganten, meneruskan garis pemerintahan dengan lima putra dan membentang wilayah kekuasaan ke daerah Tatar Ukur,

Baca Juga: Jejak Sejarah Musik Klasik di Hindia Belanda Abad ke-19

Warisan Budaya di Bayongbong

Meskipun bukti fisik Kerajaan Mandala Dipuntang di Bayongbong cukup terbatas, keberadaannya tercatat dalam naskah dan makalah sejarah, seperti karya R. Sulaeman Anggapradja pada 8 Desember 1984. Untuk menelusuri peninggalannya, jejak kerajaan kecil ini masih bisa disusuri di situs kuno dan dalam mitos masyarakat lokal Bayongbong, Garut.

Dengan keberadaan Kerajaan Mandala Dipuntang, Bayongbong menjadi saksi sejarah penting di wilayah Garut yang menunjukkan bagaimana kerajaan-kerajaan kecil pernah menjadi bagian dari jejaring kekuasaan Sunda di masa lalu. 

Penelitian dan pelestarian terhadap Kerajaan Mandala Dipuntang yang menjadi warisan ini menjadi kunci dalam menggali jejak budaya dan identitas lokal yang kental.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.