Filosofi dari Kesenian Raja Dogar Bagian 1


Rajanya Domba Garut atau dikenal sebagai Raja Dogar merupakan seni pertunjukkan yang tokoh utamanya merupakan hewan khas Garut yakni Domba Garut. Namun, berbeda dengan kesenian adu domba kesenian raja dogar ini tidak menggunakan manusia asli melainkan dimainkan oleh manusia yang menggunakan kostum domba dan memeragakan aksi seperti domba adu yakni saling beradu satu sama lain.

Seni raja dogar ini lahir di Kampung Loji, Cibatu dan diciptakan oleh seniman Sunda asal Garut yakni Entis Sutisna. Kesenian raja dogar ini dimainkan seperti barongsai yakni dimainkan oleh dua orang, satu orang sebagai kepala dan satu orang sebagai ekor. Kesenian raja dogar ini berfungsi sebagai hiburan yang ditampilkan dalam acara-acara hiburan.

Kesenian raja dogar ini diiringi oleh musik tradisional Sunda seperti kendang pencak, reog, angklung, tarangtang, simbal, bass, drum dan kulanter. Iringan musik ini mengikuti iringan musik yang ada di kesenian adu domba. Meskipun kesenian ini terhitung baru, kesenian raja dogar sudah melalangbuana hingga ke Singapura dan sering tampil di event-event besar ataupun event-event kenegaraan.

Kesenian ini dimainkan oleh beberapa orang yang terbagi ke dalam bobotoh, wasit permainan dan pengiring musik. Kostum yang dikenakanan daklam kesenian ini disesuaikan dengan perannya, seperti bobotoh menggunakan kostum yang identik dengan pakaian jawara seperti pakaian serba hitam (pangsi), mengenakan topi laken, kacamata, geulang bahar dan golok.

Permainan raja dogar ini dimulai ketika para pembawa bendera atau bandi yang dibawakan oleh 6-8 penari pria masuk ke lapangan, kemudian para pesilat putri masuk dan memeragakan beberapa jurus yang kemudian dilanjutkan dengan ijen dua orang petarung. Setelah ijen selesai bertarung para dua domba-pun masuk dan berjalan mengitari arena pertandingan yang diikuti oleh para bobotoh domba.

 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka