Filosofi dari Kesenian Raja Dogar Bagian 2


Setelah mengitari arena selanjutnya para bobotoh menyipakan dombanya untuk bertarung, di dalam arena para bobotoh saling menyindiri dan mengejek satu sama lain, para bobotoh pun mengadu ketangkasannya dengan memarkekan gerakan silat yang dikuasainya. Kemudian wasit menjetarakan dan pertandingan antar domba-pun dimulai.

Jentrakan kelima domba berwarna putih kalah terlebih dahulu, jentrakan keenam domba putih yang kalah kemudian berusaha untuk bangkit dan memaksakan untuk bertanding kembali, bobotoh sibuk mempersiapkan domba untuk bertarung kembali. Jentrakan ketujuh ini domba putih yang tadi terjatuh masuk ke arena dan bertanding kembali dan kedua domba terus bertanding hingga domba putih-pun menang.

Sesudah menemukan pemenangnya, permainan raja dogar berakhir dan kedua domba bersama-sama memberi hormat kepada para penonton. Dalam pementasan kesenian raja dogar setiap unsur-unsur yang ada di dalam kesenian tersebut tentu saja memiliki filosofi-nya tersendiri seperti pembawa umbul-umbul yang melambangkan kegembiraan masyarakat sewaktu menyambut kedatangan tamu. Selain itu, terdapat enam umbul-umbul yang melambangkan rukun iman.

Bobotoh dan wasit berjumlah tujuh orang ini melambangkan bahwa bumi dan langit terdiri dari tujuh lapisan. kemduian warna hitam pada kostum bobotoh melambangkan tanah. Domba yang terdiri dari 2 ekor-pun melambangkan dua sisi kehidupan yakni ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada baik dan salah.

Kemudian warna pada domba-pun memiliki maknanya seperti domba putih memiliki bermakna hal yang baik dan domba hitam bermakna hal yang buruk. Kesenian raja dogar ini diciptakan dengan penuh filosofi dan makna sehingga raja dogar ini dapat dikatakan sebagai pesan dan bukti bahwa kebaikan akan selalu menang.

 

Sumber : Majalah Diskominfo Amazing Garut 2017


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka