Ini Alasan Kenapa Sebagian Besar Daerah Garut Jadi Kawasan Pertanian yang Subur Tanahnya
Garut berpotensi terus menjadi pusat pertanian yang produktif di Jawa Barat sekaligus penopang ketahanan pangan nasional.
Kabupaten Garut di Jawa Barat sudah lama dikenal sebagai salah satu lumbung pangan dan hortikultura penting di Indonesia. Tidak hanya padi, berbagai sayuran, buah, hingga tanaman perkebunan tumbuh dengan subur di wilayah ini.
Kesuburan kawasan pertanian Garut bukanlah kebetulan, melainkan hasil perpaduan tanah vulkanik, iklim pegunungan yang sejuk, ketersediaan air yang memadai, serta tradisi bertani masyarakatnya.
Sebutan Garut sebagai daerah agraris bukanlah tanpa alasan. Kondisi tanah, iklim, serta dukungan irigasi membuat kawasan pertanian Garut mampu menopang kehidupan masyarakat sekaligus menjadi penopang ekonomi daerah.
Kesuburan tanah Garut bukan semata karena faktor kebiasaan bertani turun-temurun masyarakatnya, tetapi juga hasil dari warisan alam yang unik. Garut dikelilingi gunung berapi aktif dan nonaktif seperti Papandayan, Guntur, dan Cikuray, yang menghasilkan tanah vulkanik subur. Garut memiliki potensi untuk mengembangkan sektor pertanian yang berkelanjutan, dipengaruhi karena dukungan iklim dan curah hujan yang sangat stabil.
Baca Juga: Mengapa Garut Terkenal dengan Tukang Cukur? Begini Faktanya!
Alasan Garut Memiliki Tanah Subur
1. Warisan Tanah Vulkanik yang Kaya Unsur Hara
Sebagian besar wilayah Garut memiliki jenis tanah Andisol yang terbentuk dari abu vulkanik gunung berapi. Tanah ini dikenal memiliki kandungan bahan organik tinggi, tekstur gembur, dan kemampuan menahan air yang baik. Karakteristik ini menjadikan tanah di Garut ideal untuk berbagai tanaman, mulai dari padi di dataran rendah hingga hortikultura seperti kentang, wortel, dan cabai di daerah pegunungan.
Penelitian dari Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) menyebutkan bahwa tanah Andisol merupakan salah satu tanah paling subur di Indonesia jika dikelola dengan baik.
2. Iklim Sejuk dan Curah Hujan Merata
Topografi Garut yang dikelilingi pegunungan membuat suhu rata-rata harian relatif sejuk, berkisar antara 16–26 °C. Ditambah curah hujan yang cukup merata sepanjang tahun, hal ini menciptakan kondisi agroklimat ideal bagi berbagai komoditas pertanian.
Data dari BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Barat pada tahun 2023 lalu mencatat curah hujan Garut rata-rata berada di kisaran 2.000–3.000 mm per tahun, yang termasuk kategori tinggi dan mendukung pertanian sepanjang musim.
Baca Juga: Jalan-Jalan ke Garut? Jangan Lewatkan, Ini Minuman Khas yang Unik dan Legendaris
3. Ketersediaan Air dan Sistem Irigasi
Hadirnya sungai Cimanuk beberapa bendungan di Garut, seperti Bendung Copong sebagai penopang irigasi yang juga mempengaruhi kesuburan tanah. Sistem irigasi ini memastikan suplai air tetap terjaga, terutama untuk kawasan sawah yang tersebar di banyak kecamatan. Menurut laporan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Garu di tahun 2022t, jaringan irigasi di wilayah ini mendukung ribuan hektare sawah produktif.
4. Data Produksi yang Menguatkan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Garut pada tahun 2023 lalu, sektor pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian dengan kontribusi sebesar 27,51% terhadap PDRB daerah pada 2022. Produksi sayuran dan buah-buahan, seperti kentang, cabai, jeruk, manggis, dan salak menjadi hasil pertanian yang sangat menonjol. Hal ini menguatkan fakta bahwa kawasan pertanian Garut tidak hanya subur secara alami, tetapi juga terkelola dengan baik oleh masyarakat.
5. Tantangan dan Pengelolaan Keberlanjutan
Meski demikian, kesuburan tanah Garut juga menghadapi tantangan, terutama masalah erosi di daerah hulu dan pencemaran sungai akibat aktivitas industri serta rumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan agar kesuburan tanah Garut dapat terus terjaga dan mampu mendukung kebutuhan pangan di masa mendatang.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.