Jejak Sejarah Kereta Api Nonaktif Garut: Stasiun Tersembunyi dan Kisah di Baliknya

Stasiun nonaktif di Garut seperti Bayongbong, Kamojan, dan Cikajang menyimpan kisah panjang perjalanan kereta api dari masa kolonial hingga penutupan jalurnya.

Stasiun nonaktif di Garut menyimpan cerita panjang yang masih menarik untuk ditelusuri. Dari jalur kolonial hingga ditutupnya operasi pada 1980-an, bangunan tua ini menjadi saksi bisu dinamika ekonomi dan transportasi di masa lalu. Sejumlah stasiun nonaktif ini di antaranya sebagai berikut:

Baca juga: Mengenal Kayu Kaboa, Tanaman Langka yang Hanya Ada di Garut

Stasiun Bayongbong

Stasiun Bayongbong berdiri sejak 1930 di Desa Mulyasari, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dulu ramai digunakan warga untuk bepergian dan mengangkut hasil bumi, tetapi sejak ditutup pada 1982 bangunannya kini berubah fungsi menjadi gudang hingga kandang ayam.

Stasiun Kamojan

Stasiun Kamojan yang berada Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dibangun sejak era kolonial Belanda sebagai jalur strategis distribusi kopi, teh, dan hasil bumi lain. Setelah nonaktif pada tahun 1982, bangunannya kini dijadikan rumah kontrakan, meskipun masih menyisakan arsitektur kolonial.

Stasiun Cikajang

Stasiun Cikajang yang terletak di Desa Padasuka, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pernah menyandang gelar sebagai stasiun tertinggi di Asia Tenggara. Stasiun tersebut resmi ditutup pada 1982, bangunannya kini terbengkalai, ditumbuhi semak, serta dimanfaatkan warga sebagai tempat penyimpanan barang. 

Harapan Reaktivasi Jalur Lama

Wacana reaktivasi jalur Garut–Cikajang sempat digulirkan pemerintah sebagai upaya menghidupkan kembali transportasi di area pegunungan. Walaupun masih sebatas kajian, rencana ini membawa harapan agar stasiun nonaktif kembali berdenyut sekaligus menjaga warisan sejarah

Baca juga: Cek Jadwal dan Rute Kereta Api di Garut

Nah Warginet, stasiun nonaktif di Garut bukan sekadar bangunan tua, melainkan jejak berharga dari masa lalu perkeretaapian. Semoga kisah ini bisa menjadi pengingat untuk menjaga warisan sejarah sekaligus membuka peluang reaktivasi di masa depan.