Jejak Tradisi Baju Lebaran, Berawal dari Kebiasaan Orang Eropa Zaman Dulu


"Baju baru alhamdulillah, tuk dipakai di hari raya.."

Sekitar dua belas hari lagi bulan Ramadan akan berakhir. Suasana Lebaran pun sudah mulai harum, tercium dari setiap sudut-sudut pertokoan yang memadati ruas jalan. 

Bila Warginet berjalan-jalan di sekitaran Pengkolan, pastinya sudah menemui ribuan ibu-ibu berburu Baju Lebaran memadati trotoar dan antrean panjang di beberapa store kenamaan. 

Nah usul punya usul, tradisi membeli baju lebaran ini ternyata sudah menjadi kebiasaan yang digandrungi oleh masyarakat sejak zaman kolonial, lho. 

Menurut catatan sejarah yang ditulis oleh Penasihat Urusan Pribumi, Snouck Hurgronje, tradisi Baju Lebaran ini dimulai sejak abad ke-20. Ia mengatakan bahwa jauh sebelum tradisi ini melekat dalam budaya masyarakat Muslim di Indonesia, kebiasaan membeli baju baru sudah dilakukan oleh orang Eropa pada setiap perayaan tahun baru. 

Konon, pada masa itu masyarakat Eropa saling bertamu dengan mengenakan baju baru pada hari pertama di bulan ke-10 setiap tahun. Jika dikaitkan dengan budaya umat Muslim, bulan ke-10 dalam kalender Hijriyah adalah bulan Syawal yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. 

Adapun sumber lain menyebutkan, dalam catatan yang dimuat pada buku Sejarah  Nasional Indonesia karangan Nugroho Notosusanto, tradisi beli baju baru saat lebaran ini diperkirakan mulai populer sejak tahun 1813 pada masa Kesultanan Banten. Pada saat itu hanya kalangan kerajaan yang bisa membeli baju baru, sementara rakyat biasa menjahit sendiri. 

Hingga kini, kebiasaan membeli Baju Lebaran sudah mendarah daging sebagai salah satu agenda penting dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Meski bukan sebuah kewajiban, namun sebagian besar anggapan masyarakat kita merasa bahwa momen Lebaran rasanya tak lengkap tanpa kehadiran Baju Lebaran. 



0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka