Kesenian Rudat dari Garut yang Tinggal Kenangan


Kesenian Rudat adalah salah satu jenis kesenian yang hidup dan berkembang di lingkungan pesantren. Seni Rudat lahir ratusan tahun lalu di Desa Paas, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut yang berkaitan dengan syiar Islam. Jumlah personil kesenian ini kurang lebih 15 orang dalam pementasannya, terkadang dibarengi dengan pertunjukan seni debus. 

Kesenian ini menampilkan gerakan-gerakan tari yang mirip dengan gerakan-gerakan pencak silat. Untuk mengiringinya, digunakan waditra atau alat musik pukul seperti tarebang, genjring, kendang, biprung, dan lainnya. Biasanya diiringi juga dengan lantunan salawat atau lagu-lagu islami. 

Konon, asal usul kata rudat berasal dari bahasa Arab yaitu raudatun yang artinya taman bunga. Ketika dimainkan, rudat diiringi syair-syair yang terkandung dalam nyanyian yang bernafaskan keagamaan, puja-puji yang mengagungkan Allah, salawat dan Rasul. Tujuannya untuk menebalkan iman masyarakat terhadap agama Islam dan kebesaran Allah. Rudat mualanya sebagai alat untuk penyebaran agama Islam.

Sesuai namanya, tarian yang ditampilkan pun berupa bunga atau kembangnya seni bela diri pencak silat. Seni rudat biasanya ditampilkan pada upacara-upacara ritual keagamaan seperti muludan, ngalungsur jimat, lebaran, muharam, dan lainnya. 

Sayangnya, kesenian ini kini telah tidak aktif lagi karena tidak ada proses pewarisan atau regenerasi yang baik. Kini yang tersisa hanyalah namanya saja.

 

Sumber materi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut. 2015. Warisan Budaya Garut

sipaku.disparbud.garutkab.go.id

Sumber foto : sipaku.disparbud.garutkab.go.id


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka