Kisah Madroi Kuncen Stasiun Cibatu dalam Kenangan Penulis Haryoto Kunto


Haryoto Kunto adalah seorang penulis yang menceritakan kisah kehidupannya di masa lalu, ia juga menulis buku mengenai sejarah Bandung yang di mana buku yang ditulisnya merupakan referensi bacaan yang wajib dibaca oleh para wargi yang ingin menambah wawasan mengenai sejarah Bandung dan hal-hal yang berkaitan dengan Priangan Timur.

Meskipun buku yang ditulisnya merupakan buku sejarah, Haryoto juga menuliskan tentang kisah hidupnya yang menarik karena sejak kecil ia selalu berpindah-pindah mengikuti ayahnya yang berutgas sebagai kepala stasiun. Salah satu bukunya menceritakan pengalamannya ketika ia tinggal di Cibatu ketika ayahnya menjabat sebagai Kepala Stasiun Cibatu.

Ketika Haryoto kecil tinggal di Cibatu pada tahun 1934 ia bertemu dengan Madroi, seorang pria yang tinggal di Stasiun Cibatu. Madroi berdasarkan ingatan Haryoto merupakan seseorang gelandangan yang tinggal di Stasiun Cibatu yang terkadang berperilaku normal dan tidak normal. Para warga Cibatu menyebut Madroi sebagai kuncen Stasiun Cibatu karena Madroi tinggal di sana.

Kemungkinan besar Madroi memiliki gangguan jiwa karena terkadang ia suka berlari-lari mengejar kereta api secara tidak sadar dan mengalih-ngalihkan wijzel rel kereta. Namun, dalam keadaan normal Madroi merupakan orang yang baik dan rajin membersihkan Stasiun Cibatu seperti menyapu kawasan stasiun, mengambil dan membereskan sampah hingga menyiram bunga yang ada di kawasan stasiun.

Meskipun terkadang perilaku Madroi mengangetkan warga sekitar, warga Cibatu tidak menganggap Madroi sebagai ancaman, bahkan warga Cibatu menganggap Madroi sebagai orang baik dan warga Cibatu-pun menyayangi Madroi. Sama seperti warga Cibatu lainya, ayah Haryato yang merupakan Kepala Stasiun CIbatu-pun sering memerhatikan Madroi

Ketika mendekati waktu lebaran Ayah Haryato akan membelikan Madroi baju baru, sarung baru, peci baru hingga sandal baru. Ketika malam takbiran warga Cibatu mengadakan pawai berkeliling desa dan para warga-pun selalu mengajak Madroi untuk ikut serta memeriahkan pawai. Bahkan warga-pun tidak melupakan Madroi ketika acara makan tumpeng setelah acara pawai keliling desa selesai.

 

Sumber : Irfan Teguh dalam tirto.id


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka