Legenda Gunung Guntur


Legenda Gunung Guntur berlatar waktu di masa Kerajaan Timbanganten yang pada saat itu pada saat itu dipimpin oleh Sunan Ranggalawe. Pada saat itu Kerajaan Timbanganten dilanda kekeringan parah. Sunan Ranggalawe memerintahkan kementerian kerajaan berserta stafnya untuk mencari area yang cocok digunakan untuk pembangunan danau. Kemudian para menteri dan staf menemukan sebuah daerah yang cocok untuk membangun danau dan dirasa dapat membantu mengatasi masalah kekeringan ini.

Namun area ini berada di bawah kekuasaan Maha Raja Inten Dewata yang merupakan Kakak dari Sunan Ranggalawe. Sunan Ranggalawe mengirim utusannya ke Istana Kakaknya, namum kakak-nya tidak mengizinkan area tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah danau. Maha Raja Inten Dewata tidak memberi melarang karena area tersebut merupakan satu-satunya lahan yang dimilkinya. Para rakyat Timbanganten mendesak Sunan Ranggalawe untuk membangun danau hingga ia memutuskan untuk menemui kakaknya secara pribadi, namun kakaknya tetap menolak.

Kemudian para menteri kerajaan menghasut Sunan Ranggalawe untuk tetap membangun danau, akhirnya ia membangun danau tersebut tanpa izin kakaknya. Danau sukses dibangun dan dapat mengairi desa dengan baik. Maha Raja Inten Dewata merasa sedih atas perlakuan adiknya yang semena-mena membangun danau di atas lahan miliknya, Maha Raja Inten Dewata memutuskan untuk pergi dari istananya ke sebuah gunung kecil (yang saat ini dikenal Gunung Putri).

Di sana ia bertemu dengan Batara Rambut putih dan minta untuk dibuatkan wadah air dan juga minta diberikan sekepal tanah. Maha Raja Inten Dewata berkata bahwa ia ingin menaiki Gunung Kutu untuk melihat keadaan Desa Krobokan ( wilayah Kerajaan Timbanganten) dari atas gunung. Setelah mendapatkan wadah yang berisi air dan juga segenggam tanah Maha Raja Inten Dewata pergi ke Puncak Gunung ditemani oleh Batara Rambut Putih.

Di puncak gunung Maha Raja Inten Dewata menumpahkan air dalam wadah dan menebarkan tanah yang digenggamnya. Kemudian ia kembali kembali ke ke Gunung Kecil dan pergi ke puncaknya, di atas puncak ia melihat wilayah Kerajaan Timbanganten ditutupi awan gelat, letusan dahsyat terdengar dari arah Gunung Kutu yang kemudian terjadilah hujan api dan batu yang dimana hujan ini menghancurkan wilayah Kerajaan Timbanganten.

Besarnya letusan tersebut menyebabkan gunung-gunung yang berada di sekitar Gunung Kutu bergoyang dan karena peristiwa itukah Gunung Kutu disebut dengan Gunung Guntur. Karena kejadian ini masyarakat Timbanganten pergi meninggalkan wilayah Kerajaan Timanganten. Para warga mengongsongkan wilayah Kerajaan Timbanganten sehingga wilayah tersebut tidak berpenghuni lagi.

Kerajaan Timbanganten hancur lebur dan hilang dari muka bumi. Sunan Ranggalawe kemudian menghampiri kakaknya dan meminta maaf. Sang kakak yakni Maha Raja Inten Dewata tentu saja memaafkan adiknya dan bencana hebat tersebut kemudian berhenti. Sejak saat itulah Gunung Kutu disebut sebagai Gunung Guntur.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka