ADVERTISEMENT
Beranda Makna Simbolis di Pernikahan Sunda

Makna Simbolis di Pernikahan Sunda

6 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Makna Simbolis di Pernikahan Sunda (Source: V&CO Jewellery)

Pernikahan adat Sunda penuh dengan simbol dan filosofi kehidupan. Yuk, Warginet, kenali makna di balik setiap prosesi yang penuh kehangatan dan nilai budaya ini.

Warginet, pernikahan dalam adat Sunda bukan hanya soal upacara dan kemeriahan. Di balik setiap langkah dan gerakan, tersimpan makna mendalam yang menggambarkan nilai-nilai kehidupan, cinta, dan tanggung jawab. Tradisi yang diwariskan secara turun-temurun ini menyatukan dua insan bukan hanya secara lahir, tetapi juga batin dengan cara yang sarat filosofi.

Baca juga: Tahapan Tradisi Pernikahan Adat Sunda Sebelum Hari H yang Sarat Makna

Dalam budaya Sunda, setiap prosesi pernikahan dibangun dengan kesadaran akan pentingnya etika, rasa hormat, serta keselarasan antara pasangan dan keluarganya. Mulai dari upacara lamaran, seserahan, akad nikah, hingga resepsi, semuanya dirangkai dengan simbol-simbol yang menggambarkan harapan akan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan penuh berkah.

Salah satu simbol yang paling dikenal adalah ngeuyeuk seureuh, yaitu upacara adat yang dilakukan sebelum akad nikah. Dalam prosesi ini, kedua calon pengantin akan dibimbing oleh sesepuh atau pangeuyeuk yang memimpin berbagai ritual simbolik. Misalnya, calon pengantin duduk berdampingan sambil mengenakan pakaian adat lengkap, dan di depan mereka disajikan berbagai barang seperti daun sirih, padi, telur, dan uang logam. Semua benda itu bukan sekadar hiasan setiap satunya memiliki makna khusus.

Daun sirih misalnya, melambangkan keharmonisan dan keberlangsungan cinta suami istri. Telur mencerminkan harapan akan keturunan yang sehat dan baik, sementara padi adalah lambang rezeki yang tak pernah putus. Uang logam mencerminkan kemakmuran dan kemampuan mengelola keuangan keluarga. Pangeuyeuk akan memberikan nasihat dan mendoakan kedua mempelai, sambil menjelaskan satu per satu arti simbol yang ada di hadapan mereka.

Selain itu, ada juga prosesi meuleum harupat, di mana pengantin wanita membakar batang harupat atau lidi yang sebelumnya dipegang oleh pengantin pria. Simbol ini menggambarkan bagaimana suami yang keras kepala atau emosional akan "dilunakkan" oleh kelembutan dan kebijaksanaan istri. Sebaliknya, ini juga menjadi pengingat bahwa hubungan pernikahan harus saling melengkapi, bukan mendominasi.

Dalam adat Sunda, prosesi pernikahan juga tidak lepas dari unsur air dan bunga. Saat siraman misalnya, calon pengantin disiram air oleh orang tua atau kerabat terdekat. Air melambangkan penyucian lahir dan batin, agar siap menjalani fase hidup yang baru. Bunga yang digunakan dalam air siraman melambangkan keindahan dan harapan akan kehidupan rumah tangga yang harum, sejuk, dan damai.

Yang tak kalah penting, seluruh rangkaian prosesi pernikahan Sunda dilakukan dengan penuh kelembutan dan tata krama. Bahasa yang digunakan halus dan sopan. Nada bicara perlahan, penuh penghormatan. Semua ini mencerminkan nilai luhur masyarakat Sunda yang menjunjung tinggi rasa hormat kepada orang tua, pasangan, dan keluarga besar.

Warginet, makna simbolis dalam pernikahan Sunda bukan sekadar tradisi kosong. Ia adalah cerminan dari bagaimana nenek moyang kita membangun rumah tangga dengan nilai-nilai luhur yang relevan sampai sekarang. Di balik simbol, tersimpan pelajaran hidup tentang kerja sama, kesetiaan, keikhlasan, dan rasa saling menghormati.

Baca juga: Mitos Pernikahan Adat Sunda: Antara Kepercayaan dan Kearifan Lokal

Jadi, kalau kamu suatu hari nanti merancang pernikahan, atau mungkin sedang menyiapkannya, tidak ada salahnya menggali dan memahami kembali makna di balik setiap prosesi. Karena dengan memahami, kita tidak hanya menjalankan upacara, tapi juga menghargai warisan budaya yang memperkaya perjalanan cinta kita.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.