ADVERTISEMENT
Beranda Pantangan Pengantin Baru Sunda

Pantangan Pengantin Baru Sunda

1 hari yang lalu - waktu baca 2 menit
Pantangan Pengantin Baru Sunda (source: Nganjuk - iNews)

Dalam budaya Sunda, pengantin baru memiliki sejumlah pantangan yang dipercaya menjaga keharmonisan rumah tangga. Yuk, Warginet, kenali dan pahami maknanya!

Warginet, pernikahan bukan hanya perayaan cinta, tapi juga pintu masuk ke dalam dunia baru yang dipenuhi harapan dan tanggung jawab. Dalam budaya Sunda, ada sejumlah pantangan bagi pengantin baru dan calon pengantin yang telah diwariskan secara turun-temurun. Pantangan ini bukan sekadar larangan tanpa dasar, tapi cerminan nilai etika, spiritual, dan kesiapan batin dalam membangun rumah tangga.

Baca juga: Mitos Pernikahan Adat Sunda: Antara Kepercayaan dan Kearifan Lokal

Berikut ini beberapa pantangan yang dipercaya masyarakat Sunda dan makna di baliknya:

  • Duduk di ambang pintu
    Duduk di pintu dianggap berada dalam posisi "tidak pasti", yang bisa melambangkan keraguan dalam hubungan. Oleh karena itu, calon pengantin disarankan untuk menghindari kebiasaan ini agar proses pernikahan lancar dan tanpa hambatan.

  • Memakan sirih dari seserahan lamaran
    Daun sirih dalam lamaran bukan untuk dikonsumsi. Ia melambangkan kesungguhan dan komitmen pihak pria. Jika dimakan sebelum waktu yang tepat, diyakini bisa mendatangkan gangguan pada hari pernikahan, seperti haid mendadak atau hambatan lainnya.

  • Menjahit pakaian sendiri
    Calon pengantin dianjurkan tidak menjahit sendiri busana yang akan dipakai saat akad atau resepsi. Kepercayaan menyebutkan bahwa setiap jahitan yang dibuat bisa menjadi simbol air mata dalam kehidupan rumah tangga kelak.

  • Bergaul bebas dengan lawan jenis selama masa tunangan
    Masa pertunangan dianggap masa suci menjelang penyatuan. Menjaga jarak dengan lawan jenis selain pasangan adalah bentuk penghormatan terhadap komitmen dan pencegahan terhadap godaan yang bisa menggagalkan rencana pernikahan.

  • Keluar rumah saat senja menjelang hari pernikahan
    Waktu senja dipercaya sebagai waktu peralihan energi. Keluar rumah pada waktu ini, terutama seorang diri bisa mengundang energi negatif atau gangguan halus, terutama bagi pengantin yang secara spiritual sedang berada dalam fase rentan.

Baca juga: Kenapa Sih Kita Harus Menikah?

Pantangan-pantangan ini tentunya bersifat simbolik. Meskipun tidak wajib diikuti secara mutlak, memahaminya bisa menambah rasa hormat kita terhadap nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Dalam setiap larangan, ada pesan moral yang diajarkan: tentang kehati-hatian, kesungguhan, dan kesiapan membina hidup baru.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.